Sabtu, 28 Maret 2009


I love you.., always.

God, if this is my way... then please make me strong to follow the path....

Rabu, 25 Maret 2009


Tidakkah air mataku bisa menggugah jiwamu?
Maukah sedikit saja engkau mengerti?
Akan lebih mudah bagiku andai saja engkau mau mencoba memahami perasaanku....

Nama itu selalu berada di benakku setiap aku meminta yang terbaik untuk keluarga kecilku, betapapun aku berusaha memasukkan nama lain agar nama itulah yang menjadi jawab doaku (walaupun karena suatu hal aku tahu nama yang kuinginkan sudah diplot untuk orang lain). Benar, nama itu selalu terlintas tanpa kusadar, tanpa kuinginkan, dalam setiap tadahan tangan dan sujudku. Tanpa aku sadari, aku sudah dijawab oleh-Nya jauh-jauh hari sebelum kenyataan ini aku terima. Tapi aku berusaha menafikkannya... Apa yang harus kulakukan? Bahkan kini hatiku masih belum berbisik, dan otakku tak berdaya berfikir. Hhhh....

... Aku mencintaimu,
Tak perlu diragukan lagi....

Selasa, 24 Maret 2009

Keberanian Hamzah bin Abdul Mutthalib ra.

Thabarani telah mengeluarkan dari Al-Harits At-Taimi dia berkata: Adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. pada hari pertempuran di Badar membuat tanda dengan bulu burung Na'amah (Bangau). Sesudah selesai peperangan, maka seorang dari kaum Musyrikin bertanya: Siapa orang yang bertanda dengan bulu burung Na'amah itu? Maka orang berkata: Dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib. Sambut orang itu lagi: Dialah orang yang banyak memalu kita di dalam peperangan itu.
(Majma'uz Zawa'id 6:81)

Bazzar mengeluarkan dari Abdul Rahman bin Auf ra. dia berkata: Bertanya Umaiyah bin Khalaf kepadanya: Hai Abdullah! Siapa orang yang memakai bulu burung Na'amah di dadanya pada perang Badar itu? jawabku: Dia itu paman Muhammad, dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. Berkata lagi Umaiyah bin Khalaf: Dialah orang yang banyak memalu kita dengan senjatanya sehingga dia dapat membunuh ramai di antara kita. (Majma'uz Zawa'id 6:81)

Hakim telah mengeluarkan dari Sabir bin Abdullah ra. dia berkata: Rasulullah SAW mencari-cari Hamzah pada hari Ubud setelah selesai peperangan, dan setelah semua orang berkumpul di sisinya: Di mana Hamzah? Maka salah seorang di situ menjawab: Tadi, saya lihat dia berperang di bawah pohon di sana, dia terus menerus mengatakan: Aku singa Allah, dan singa RasulNya! Ya Allah, ya Tuhanku! Aku mencuci tanganku dari apa yang dibawa oleh mereka itu, yakni Abu Sufyan bin Harb dan tentera Quraisy. Dan aku memohon uzur kepadamu dari apa yang dibuat oleh mereka itu dan kekalahan mereka, yakni tentera Islam yang melarikan diri! Lalu Rasulullah SAW pun menuju ke tempat itu, dan didapati Hamzah telah gugur. Bila Beliau melihat dahinya, Beliau menangis, dan bila melihat mayatnya dicincang-cincang, Beliau menarik nafas panjang. Kemudian Beliau berkata: Tidak ada kain kafan buatnya?! Maka segeralah seorang dari kaum Anshar membawakan kain kafan untuknya. Berkata Jabir seterusnya, bahwa Rasulullah SAW telah berkata: Hamzah adalah penghulu semua orang syahid nanti di sisi Allah pada hari kiamat.
(Hakim 3:199)

Cerita Wahsyi ra.

Ibnu Ishak telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru bin Umaiyah Adh-Dhamri, dia berkata: Aku keluar bersama Abdullah bin Adiy bin Al-Khiyar pada zaman Mu'awiyah ra... dan disebutkan ceritanya hingga kami duduk bersama Wahsyi (pembunuh Hamzah ra.), maka kami berkata kepadanya: Kami datang ini untuk mendengar sendiri darimu, bagaimana engkau membunuh Hamzah ra. Wahsyi bercerita: Aku akan memberitahu kamu berdua, sebagai mana aku sudah memberitahu dahulu kepada Rasulullah SAW ketika Beliau bertanya ceritanya dariku.

Pada mulanya, aku ini adalah hamba kepada Jubair bin Muth'im, dan pamannya yang bernama Thu'aimah bin Adiy telah mati terbunuh di perang Badar. Apabila kaum Quraisy keluar untuk berperang di Uhud, Jubair berkata kepadaku: Jika engkau dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad untuk menuntut balas kematian pamanku di Badar, engkau akan aku merdekakan. Bila tentera Quraisy keluar ke medan Uhud, aku turut keluar bersama mereka. Aku seorang Habsyi yang memang mahir untuk melempar pisau bengkok, dan sebagaimana biasanya orang Habsyi, jarang-jarang tidak mengenai sasaran apabila melempar. Apabila kedua belah pihak bertempur di medan Uhud itu, aku keluar mencari-cari Hamzah untuk kujadikan sasaranku, sehingga aku melihatnya di antara orang yang bertarung, seolah-olahnya dia unta yang mengamuk, terus memukul dengan pedangnya segala apa yang datang menyerangnya, tiada seorang pun yang dapat melawannya. Aku pun bersiap untuk menjadikannya sasaranku. Aku lalu bersembunyi di balik batu berdekatan dengan pohon yang dia sedang bertarung, sehingga apabila dia datang berdekatan denganku, mudahlahlah aku melemparkan pisau racunku itu.

Tatkala dia dalam keadaan begitu, tiba-tiba datang menyerangnya Sibak bin Abdul Uzza. Apabila Hamzah melihat Sibak datang kepadanya, dia berteriak: Mari ke sini, siapa yang hendak mencari maut! Dipukulnya dengan sekali pukulan kepalanya terus berguling di tanah. Maka pada ketika itulah, aku terus mengacung-acungkan pisau bengkokku itu, dan apabila aku rasa sudah tepat sasaranku, aku pun melemparnya kepada Hamzah mengenai bawah perutnya terus rnenembusi bawah selangkangnya. Dia mencoba hendak menerkamku, tetapi dia sudah tidak berdaya lagi, aku lalu meninggalkannya di situ sehinggalah dia mati. Kemudian aku kembali lagi untuk mengambil pisau bengkokku itu, dan aku membawanya ke perkemahan kami. Aku duduk di situ menunggu, dan aku tidak punya hajat yang lain, selain dari hendak membunuh Hamzah agar aku dapat dimerdekakan oleh tuanku.

Apabila kami kembali ke Makkah, seperti yang dijanjikan oleh tuanku, aku dimerdekakan. Aku terus tinggal di Makkah. Dan apabila kota Makkah ditakluki oleh Rasulullah SAW aku pun melarikan diri ke Tha'if dan menetap di sana. Apabila rombongan orang-orang Tha'if bersiap-siap hendak menemui Rasulullah SAW untuk memeluk Islam, aku merasa serba salah tidak tahu ke mana harus melarikan diri. Aku berfikir, apakah aku harus melarikan diri ke Syam, atau ke Yaman, ataupun ke negeri-negeri lainnya, sampai kapan aku akan menjadi orang buruan?! Demi Allah, aku merasakan diriku susah sekali. Tiba-tiba ada orang yang datang kepadaku memberi nasehat: Apa yang engkau susahkan? Muhammad tidak membunuh orang yang masuk ke dalam agamanya, dan menyaksikan syahadat kebenaran! Aku tidak ada jalan melainkan menerima nasehat itu. Aku pun menuju ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW Memang tiada disangka-sangkanya melainkan dengan tiba-tiba Beliau melihatku berdiri di hadapannya menyaksikan syahadat kebenaran itu. Beliau lalu menoleh kepadaku seraya berkata: Apakah engkau ini Wahsyi? Jawabku: Saya, wahai Rasulullah! Beliau berkata lagi: Duduklah! Ceritakanlah bagaimana engkau rnembunuh Hamzah?! Aku lalu menceritakan kepadanya seperti aku menceritakan sekarang kepada kamu berdua.

Apabila selesai bercerita, Beliau berkata kepadaku: Awas! Jangan lagi engkau datang menunjukkan wajahmu kepadaku! Kerana itu aku terus-menerus menjauhkan diri dari Rasulullah SAW supaya Beliau tidak melihat wajahku lagi, sehinggalah Beliau wafat meninggalkan dunia ini. Kemudian apabila kaum Muslimin keluar untuk berperang dengan Musailimah Al-Kazzab, pemimpin kaum murtad di Yamamah, aku turut keluar untuk berperang dengannya. Aku bawa pisau bengkok yang membunuh Hamzah itu. Ketika orang sedang gawat bertempur, aku mencuri-curi masuk dan aku lihat Musailimah sedang berdiri dan di tangannya pedang yang terhunus, maka aku pun membuat persiapan untuk melemparnya dan di sebelahku ada seorang dari kaum Anshar yang sama tujuan denganku. Aku terus mengacung-acungkan pisau itu ke arahnya, dan apabila aku rasa sudah boleh mengenai sasarannya, aku pun melemparkannya, dan mengenainya, lalu orang Anshar itu menghabiskan hidupnya dengan pedangnya. Aku sendiri tidak memastikan siapa yang membunuh Musailimah itu, apakah pisau bengkokku itu, ataupun pedang orang Anshar tadi, hanya Tuhan sajalah yang lebih mengetahui. Jika aku yang membunuhnya, maka aku telah membunuh orang yang terbaik pada masa hayat Rasulullah SAW dan aku juga sudah membunuh orang yang paling jahat sesudah hayat Beliau.
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:18)

Bukhari telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru sebagaimana cerita yang sebelumnya, cuma apabila orang ramai berbaris untuk berperang, lalu keluarlah Sibak seraya menjerit: Siapa yang akan melawanku? Hamzah pun keluar untuk melawannya, lalu Hamzah berkata kepadanya: Hai Sibak! Hai putera Ummi Anmar, tukang sunnat orang perempuan! Apakah engkau hendak melawan Allah dan RasulNya? Hamzah lalu menghantamnya dengan suatu pukulan yang keras menghabiskannya.

Taken from: www.azharjaafar.blogspot.com

Senin, 23 Maret 2009

World Water Day


Artikel ini seharusnya di-posting kemarin, tapi better late than never kan? Sejak tahun 1993, dunia memperingati hari air sedunia setiap tanggal 22 Maret. Peringatan ini diprakarsai oleh PBB, tepatnya pada Konferensi PBB terhadap Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro pada tahun 1992.
Setiap tahun ditetapkan tema yang berbeda. Berikut ini tema-tema peringatan Hari Air Sedunia dari tahun ke tahun:
-2009: Air Bersama Peluang Bersama
-2008: Sanitasi
-2007: Mengatasi Kelangkaan Air
-2006: Air dan Kebudayaan
-2005: Air untuk Kehidupan
-2004: Air dan Bencana
-2003: Air untuk Masa Depan
-2002: Air untuk Pembangunan
-2001: Air untuk Kesehatan
-2000: Air untuk Abad 21
-1999: Setiap Orang Tinggal di Daerah Hilir
-1998: Air Tanah-Sumber Daya yang Tidak Kelihatan
-1997: Air Dunia, Cukupkah?
-1996: Air untuk Kota-kota yang Haus
-1995: Wanita dan Air
-1994: Peduli akan Sumber Daya Air adalah Urusn Setiap Orang

Jika mau tahu lebih jelas mengenai Peringatan Hari Air Sedunia, silahkan berkunjung ke www.worldwaterday.com atau salah satu site orang-orang yang menaruh perhatian pada issue ini seperti www.juniawan.wordpress.com.
Kalau saya pribadi sih belum banyak yang dilakukan untuk issue ini. Paling banter saya berusaha menggunakan air seperlunya, walaupun gratis. Di rumah kebetulan saya menggunakan air sumur. Beruntungnya saya, air sumur ini bening dan tidak berbau sama sekali. Tidak perlu disaring. Boleh dibilang malah lebih bagus dari air PDAM Tirtanadi, yang terkadang berbau dan keruh itu, apalagi terkadang aliran air PDAM kecil sekali. Awal pindah ke rumah yang sekarang, saya sempat berfikir mau jadi pelanggan PDAM, tapi setelah menimbang gak ada untungnya, (bayar lagi!) saya tidak jadi pasang air leding. Ditambah lagi, biarpun di musim kemarau, volume air sumur saya tidak mengecewakan, alias tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-sehari.
Ayoo... gunakan air seperlunya saja....

Minggu, 22 Maret 2009

Arti Nama Bulan Dalam Hijriyah dan Masehi

Arti Nama-Nama Bulan di Tahun Hijriah
- Muharram,
artinya, yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.
- Shafar,
artinya, kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
- Rabiu’ul Awal,
berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad SAW lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
- Rabi’ul Akhir,
artinya masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.
- Jumadil Awal,
nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.
- Jumadil Akhir,
artinya, musim kemarau yang penghabisan.
- Rajab,
artinya mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.
- Sya’ban,
artinya berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah).
- Ramadhan,
artinya sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-penistiwa peting
seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaum muslimin dapat menaklukan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
- Syawal,
artinya, kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang membahagiakan.
- Dzulqaidah,
berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatmnya dengan duduk-duduk di rumah.
- Dzulhijjah,
artinya yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as menunaikan ibadah haji.

Arti Nama-Nama Bulan di Tahun Masehi
- Januari,
terambil dari nama dewa norna “Janus”. Dewa ini mempunyai dua wajah. Yang satu melihat masa yang telah lalu dan satu lagi menatap masa depan yang
penuh rahasia.
- Februari,
berasal dari kata latin “Februna” yaitu pesta penyucian yang diselenggarakan tiap tanggal 15 Februari oleh bangsa Romawi Kuno.
- Maret,
awalnya tercantum sebagai bulan pertama dalam kalender Julian. Kemudian barulah urutannya pada bulan ketiga seperti sekarang ini. Terambil dan nama dewa perang “mars”.
- April,
ada yang mengatakan berasal dari nama dewa cinta Yunani “Aphrodite”.
- Mei,
konon berasal dari kata “Mob Mayesto” dewa musim semi. Pada bulan ini diadakan festival meriah dan pemilihan ratu dan raja.
- Juni,
terambil dari nama “Juno” dewi yang melambangkan kewanitaan dan kebahagiaan keluarga.
- Juli,
dipilih oleh penguasa Roma, Mark Antoni dan nama “Julius Caesar” (raja Roma), sebagai penghormatan bagi Caesar yang terbunuh oleh pengawalnya sendiri, Brutus.
- Agustus,
penguasa Roma “Au-gustus” menyebut nama bulan kedelapan sesuai namanya sendiri.
- September,
berasal dari bahasa latin untuk angka ke-tujuh yaitu “Septa’. Tatkala pada abad 8 SM pembagian satu tahun diubah dari 10 bulan menjadi 12 bulan, September yang terletak di urutan ketujuh, kini menjadi bulan kesembilan.
- Oktober,
diambil dari bahasa Latin: octo yang berarti ”delapan” karena dahulu kala tahun bermula pada bulan Maret.
- November,
dari bahasa latin untuk angka 9 “Novum’ Meskipun November (11) kini menjadi bulan ke-11, tapi namanya tidak diubah.
- Desember,
dari bahasa latin untuk angka 10, yattu “Decem”. Desember adalah bulan yang ditutupi salju dan es. Bulan ini dinamakan bulan suci karena upacara keagamaan Kristen yaitu peringatan kelahiran Yesus Kristus yang disebut Natal. (Source: Media Ummat Edisi 57; Halaman 5).

http://azharsmp13.wordpress.com

Saad bin Abi Waqqas

Saad bin Abi Waqqas adalah Panglima Perang Umat Islam Penolakan kaisar Persia membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim.
Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim, pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang dibawah panglima perang kenamaan mereka, Rustum.
Sebelum memulai peperangan, atas instruksi Umar yang menjadi khalifah saat itu, Saad mengirim surat kepada kaisar Persia, Yazdagird dan Rustum, yang isinya undangan untuk masuk Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat adalah Numan bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Saad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik yaitu surga.
Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Saad bercucuran karena ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan non Muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Saad tahu pasti, bahwa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.
Ketika tengah berpikir, Saad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang. Karena itu, meskipun terbaring sakit, Saad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran surat Al Anbiya ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.
Setelah itu, Saad berganti pakaian kemudian menunaikan sholat Dzuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Saad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Persia. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.
Saad lahir dan besar di kota Makkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda.
Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu.
Suatu hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Saad menemui Muhammad di sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan Saad yang baru berusia 20 tahun.
Ia pun segera menerima undangan Muhammad SAW untuk menjadi salah satu penganut ajaran Islam yang dibawanya. Saad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.
Saad sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu Saad juga sering disebut sebagai Saad of Zuhrah atau Saad dari Zuhrah, untuk membedakannya dengan Saad-Saad lainnya.
Namun keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibunda Saad menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Saad kembali ke agama lamanya. Namun Saad berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada sang ibu, namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh lebih besar lagi.
Mendengar kekerasan hati Saad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Saad bin Abi Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengungsi ke bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu mengalangi mereka beribadah.
Saat tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Saad bin Abi Waqqas yang memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran surat Al Muzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslim menahan diri. Baru beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan perlawanan fisik kepada para orang kafir. Di barisan pejuang Islam, nama Saad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak utamanya.
Ia terlibat dalam perang badar bersama saudaranya yang bernama Umair yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada perang Uhud, bersama Zaid, Saad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka. Saad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam.
Saad juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunai kekayaan yang juga banyak digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal karena keberaniannya dan kedermawanan hatinya. Saad hidup hingga usianya menjelang delapan puluh tahun. Menjelang wafatnya, Saad meminta puteranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. Kafani aku dengan jubah ini karena aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,ujarnya

Taken from: www.sunatullah.com

Sabtu, 21 Maret 2009

Qadha' dan Qadar

Definisi

Kata qadar berarti ukuran (miqdar), dan taqdir (takdir) yaitu ukuran sesuatu dan menjadikannya pada ukuran tertentu, atau menciptakan sesuatu dengan ukurannya yang ditentukan. Sedangkan kata qadha berarti menuntaskan dan memutuskan sesuatu, yang di dalamnya menyiratkan semacam unsur konvensi. Terkadang dua kata ini digunakan secara sinonim yang berarti nasib.
Maksud dari takdir Ilahi yaitu bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu serta telah menetapkan kadar dan ukurannya masing-masing dari segi kuantitas, kualitas, ruang dan waktu. Dan hal ini dapat terealisasi di dalam rangkaian sebab-sebab.
Sedangkan yang dimaksud qadha Ilahi adalah menyampaikan sesuatu kepada tahap kepastian wujudnya, setelah terpenuhinya sebab-sebab dan syarat-syarat sesuatu itu. Berdasarkan maksud ini, tahap takdir itu lebih dahulu dari tahap qadha', karena di dalam takdir terdapat beberapa tahap gradual dan syarat-syarat yang jauh, tengah dan dekat. Dan takdir ini dapat mengalami perubahan dengan berubahnya sebagian sebab dan syaratnya.
Misalnya, perjalanan janin yang berangsur-angsur dari sperma, segumpal darah, segumpal daging sampai membentuk janin yang sempurna. Janin ini melewati tahap-tahap yang beragam untuk sampai kepada takdir tersebut, dan di antara tahap-tahap itu adalah ruang dan waktu. Keluar atau gugurnya janin pada salah satu tahap-tahap tersebut adalah perubahan pada takdir itu.
Adapun tahap qadha' bersifat seketika (daf'i). Qadha' ini berhubungan dengan tahap terpenuhinya segenap sebab-sebab dan syarat-syarat. Maka itu, ia bersifat pasti serta tidak akan mengalami perubahan. Allah SWT berfirman:
"Apabila Allah menetapkan suatu perkara, Ia akan mengatakan, "Jadilah." Maka terjadilah." (QS. Ali Imran: 47)[1]
Akan tetapi, sebagaimana telah kami jelaskan, qadha' dan qadar ini juga bisa digunakan sebagai dua kata yang sinonim. Dari sinilah qadha' dan qadar dapat dibagi menjadi dua bagian: qadha' dan qadar yang pasti (hatmi) dan qadha dan qadar yang tidak pasti (ghairi hatmi). Berdasarkan pembagian ini, sebagian riwayat, hadis, dan doa-doa menyinggung perubahan tersebut. Di antaranya, bahwa bersedekah, patuh kepada kedua orang tua, silaturahim dan doa termasuk faktor-faktor yang bisa mengubah qadha'.

Qadha' Qadar Ilmi dan Aini

Terkadang taqdir dan qadha' Ilahi pun digunakan dengan arti ilmu Allah, yakni ketika sebab-sebab serta syarat-syaratnya telah terpenuhi. Atau ketika telah terpenuhinya sebab-sebab dan syarat-syarat yang mempunyai pengaruh dalam mewujudkan fenomena-fenomena. Qadha' qodar juga digunakan untuk ilmu Tuhan terhadap kejadian fenomena-fenomena yang bersifat pasti. Arti qadha' qadar ini dinamakan sebagai qadha qadar ilmi.
Kerapkali kedua kata ini digunakan pula untuk penisbahan proses penciptaan yang bertahap kepada makhluk-makhluk di alam ini. Sebagaimana pula terjadinya hal itu dalam wujud luar dinisbahkan kepada Allah SWT. Hal itu dinamakan qadha' qadar 'aini.
Sesuai dengan ayat dan riwayat yang menyinggung hal ini, ilmu Allah dipercayakan kepada pada lauh mahfuz, yaitu makhluk Ilahi yang tinggi dan mulia ang darinya terefleksi seluruh fenomena objektif (tahaqquq) di dunia luar (khariji). Dan setiap orang dapat bersentuhan dengan mencapai lauh mahfuz itu dengan ijin Allah SWT.
Ketika seseorang dapat mencapai peringkat tersebut, ia akan menjadi alim dan mengetahui segala peristiwa yang telah lalu dan akan datang. Ada lauh-lauh yang lainnya juga yang peringkat dan derajatnya lebih rendah dibanding lauh mahfuz, yang padanya tercatat fenomena-fenomena dan makhluk-makhluk dalam bentuk yang bersyarat, tidak sempurna. Dan setiap orang yang dapat mengenal lauh tersebut akan mempunyai pengetahuan yang terbatas dan tidak sempurna, bersyarat dan dapat berubah. Barangkali ayat Al-Qur'an ini menjelaskan ihwal kedua lauh tersebut:
"Sesungguhnya Allah SWT akan menghapus apa-apa yang Ia kehendaki dan juga akan menetapkannya. Di sinilah terdapat ummul kitab (kitab induk)." (QS. Ar-Ra’ad: 39).
Adanya perubahan pada takdir yang bersyarat dan tak pasti semacam ini diistilahkan dengan bada'. Dengan ini, iman kepada qadh'a dan qadar ilmi tidak melazimkan kesulitan-kesulitan logis yang lebih banyak sebagaimana kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan ilmu Ilahi yang azali, seperti yang telah kata pelajari keraguan Jabariyah di dalam masalah ilmu Ilahi. Dan telah jelas bagi kita bagaimana kelemahan pandangan tersebut.
Akan tetapi, yang lebih sulit lagi terdapat dalam hal keyakinan terhadap qadha' dan qadar 'aini, khususnya dalam hal keimanan terhadap nasib yang pasti. Dan kita akan berusaha untuk mengatasi dan menjawab masalah ini dengan baik, meskipun jawaban dari masalah tersebut yang secara global telah diungkapkan dalam persoalan Tauhid dengan pengertian pengaruh yang mandiri.

Antara Qadha', Qadar dan Kehendak Bebas Manusia

Telah kita pelajari pada pelajaran yang telah lalu bahwa keyakinan terhadap qadha' dan qadar 'aini Ilahi itu menuntut adanya keyakinan bahwa keberadaan setiap makhluk dari awal keberadaannya lalu tahap-tahap pertumbuhannya sam-pai akhir usianya, bahkan sejak terpenuhinya syarat-syarat yang jauh, seluruhnya tunduk kepada takdir dan pengaturan Ilahi yang mahabijak. Begitu pula, terpenuhinya syarat-syarat bagi kemunculan dan proses mereka hingga tahap akhir dari keberadaan mereka sungguh bersandar kepada kehendak Allah SWT.
Dengan kata lain, sebagaimana wujud setiap fenomena itu bersandar kepada ijin dan kehendak cipta (takwiniyah) Allah SWT, dan tanpa izin dan kehendak-Nya, maka seluruhnya tidak akan mungkin mencapai pelataran eksistensi. Demikian pula wujud dan terbentuknya segala sesuatu bersandarkan kepada qadha' dan takdir Ilahi; yang tanpa keduanya segala realitas tidak akan sampai kepada bentuk dan batasan-batasannya yang khas serta ketentuan ajalnya. Penjelasan atas penyandaran dan penisbahan ini pada dasarnya lebih merupakan pengajaran secara bertahap tentang Tauhid dalam arti Pengaruh Mandiri; sebuah derajat tauhid yang paling tinggi, yang memiliki peranan besar dalam membentuk kepribadian seseorang, sebagaimana telah kami jelaskan.
Adapun disandarkannya seluruh makhluk kepada izin Allah, atau bahkan kepada kehendak-Nya itu lebih mudah dan lebih dekat kepada pemahaman. Dibandingkan dengan menyandarkan tahap terakhir dan kepastian wujud mereka kepada qadha' Ilahi adalah sulit dan lebih banyak menjadi topik perdebatan, karena sulitnya mengkompromikan antara keimanan terhadap qadha' Ilahi ini dan keimanan terhadap kehendak bebas yang ada pada manusia dalam menentukan jalan dan nasib hidupnya.
Oleh karena itu, kita melihat sebagian kaum mutakalim, yaitu para teolog Asy'ariyah, tatkala mereka menerima kemutlakan qadha' Ilahi pada perbuatan-perbuatan manusia, tampak kecondongan mereka kepada pemikiran Jabariyah (determinisme). Lain halnya ketika kita melihat teolog lainnya, yaitu kaum Mu'tazilah. Madzhab teologi ini tidak menerima pandangan Jabariyah. Kaum Mu'tazilah mengingkari qadha' Ilahi pada seluruh perbuatan manusia yang bersifat sengaja dan berkehendak bebas.
Masing-masing kelompok menakwilkan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat-riwayat yang saling berlawanan satu dengan yang lainnya, sebagaimana hal ini tercatat di dalam ilmu Kalam dan dalam risalah-risalah yang membahas secara khusus masalah jabr dan tafwidh, keterpaksaan dan kebebasan (mutlak).
Titik inti persoalan yang mengemuka di sini adalah bahwa perbuatan manusia itu, apabila ia bersungguh-sungguh dengan sifat kebebasan kehendaknya, dan bahwa perbuatannya itu bersandar kepada kehendaknya sendiri, maka bagaimana mungkin hal itu dapat disandarkan kepada kehendak dan qadha' Allah SWT. Sebaliknya, apabila perbuatan manusia itu disandarkan kepada qadha' Ilahi, bagaimana mungkin hal itu tunduk kepada kehendak bebas manusia itu sendiri.
Untuk menjawab persoalan semacam ini dan mengkompromikan perbuatan manusia dan kehendak bebasnya, serta penyandaran dan penisbahannya kepada qadha' Ilahi, kita mesti membahas berbagai macam penyandaran satu akibat kepada sebab yang beraneka ragam. Sehingga akan menjadi jelaslah jenis penyandaran suatu perbuatan sengaja manusia kepada dirinya dan kepada Allah SWT.

Macam Pengaruh Sebab yang Berbeda-beda

Dapat kita gambarkan adanya pengaruh berbagai sebab yang berbeda-beda terhadap kejadian suatu makhluk melalui beberapa keadaan:
Pertama, beberapa sebab secara serempak dan bersama-sama memberikan pengaruh atas sesuatu. Misalnya, berkumpulnya biji dan air, panas dan lainnya yang menyebabkan terbelahnya biji tersebut dan keluarnya tumbuhan.
Kedua, beberapa sebab saling bergantian pengaruhnya. Setiap sebab ini memberikan pengaruh ke atas sesuatu sedemikian rupa sehingga panjang usianya terbagi sesuai jumlah sebab-sebab itu, dan setiap bagiannya merupakan akibat dari sebab-sebab yang pada gilirannya memberi pengaruh juga. Misalnya, beberapa mesin yang hidup secara bergiliran dan menjadi sebab bergeraknya sebuah pesawat.
Ketiga, masing-masing sebab mempengaruhi sebab yang lain secara beruntun seperti benturan bola-bola, dimana setiap bola itu membentur yang lainnya sehingga sebuah bola menjadi sebab pada gerak yang lain, dan bola itulah yang menimbulkan gerakan berantai, satu sama lainnya saling mempengaruhi dan menggerakkan yang lain, secara beruntun. Atau misalnya, kalau kita lihat perhatikan pengaruh kehendak manusia dalam menggerakkan tangannya dan pengaruh tangan dalam menggerakkan sebuah pena dan pengaruh pena dalam kejadian tindakan menulis.
Keempat, pengaruh yang muncul dari beberapa sebab vertikal, dimana wujud setiap sebab itu bergantung kepada wujud sebab lainnya. Ini berbeda dengan keadaan tiga di atas tadi, dimana wujud pena tidak mempunyai hubungan dengan wujud tangan dan wujud tangan juga tidak berhubungan dengan kehendak manusia.
Pada seluruh keadaan ini, bisa terjadi berkumpulnya (pengaruh) beberapa sebab pada satu akibat. Tidak sekedar bisa (baca: mungkin) terjadi perkumpulan ini, akan tetapi mesti terjadi. Dan pengaruh kehendak Allah dan kehendak manusia dalam perbuatan yang bersifat sengaja dan berkehendak bebas itu termasuk ke dalam keadaan terakhir, yaitu keadaan keempat. Karena sesungguhnya wujud manusia dengan kehendaknya itu berhubungan erat dengan kehendak Allah SWT.
Adapun gambaran yang tidak mungkin terjadi, yaitu berkumpulnya beberapa sebab pada satu akibat, ialah berkumpulnya dua sebab pengada (dengan pengertian yang telah lalu), atau berkumpulnya dua sebab dalam memberikan pengaruh yang sama secara sejajar atau bergantian, pada satu akibat. Seperti dalam asumsi satu kehendak yang muncul dari dua subjek (pelaku) yang sama-sama berkehendak, atau satu fenomena yang bersandar kepada dua kelompok sebab yang kedua-duanya merupakan sebab lengkap (illah tammah).

Jawaban atas keraguan

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa penyandaran kejadian perbuatan-perbuatan sengaja manusia itu kepada Allah SWT tidak bertentangan dengan penyandarannya kepada manusia itu sendiri, karena dua penyandaran ini berada pada kepanjangan yang lainnya, dan tidak ada benturan di antara keduanya.
Dengan kata lain, penyandaran suatu perbuatan kepada manusia sebagai pelaku berada pada satu tahap. Sedangkan penyandaran perbuatan yang sama kepada Allah SWT berada pada tahap yang lebih tinggi. Pada tahap kedua inilah keberadaan manusia sendiri, keberadaan materi yang terlibat dalam kejadian perbuatannya dan juga keberadaan sarana-sarana yang digunakan untuk menuntaskan perbuatan tersebut, semua itu bersandar kepada Allah SWT.
Dengan demikian, pengaruh kehendak manusia yang merupakan bagian akhir dari sebab sempurna terhadap perbuatannya itu tidaklah menegasikan penyandaran seluruh bagian-bagian sebab sempurna kepada Allah SWT. Karena Dialah dzat yang memiliki seluruh kekuatan. Pada-Nyalah kekuatan untuk mewujudkan alam, manusia dan berbagai macam kondisi wujudnya. Dialah dzat yang menganugrahkan wujud kepada manusia secara terus-menerus, dan seluruh makhluk itu tidak terlepas dari-Nya sekejap pun, dalam keadaan dan kondisi apapun. Karena, makhluk-makhluk ciptaannya itu tidaklah mandiri.
Atas dasar ini, perbuatan-perbuatan sengaja manusia itu senantiasa membutuhkan dan bergantung kepada Allah SWT, dan tidak mungkin keluar dari kehendak Ilahi. Seluruh sifat-sifat makhluk, ciri-ciri khusus dan berbagai kelebihannya serta batasan-batasannya selalu berhubungan dan bergantung kepada takdir dan qadha' Allah SWT.
Tidaklah seperti apa yang telah disebutkan di atas, bahwa seluruh perbuatan ini ada kalanya hanya bersandar kepada kehendak manusia, ada kalanya pula ia hanya bersandar kepada kehendak Allah saja. Sebab, dua kehendak ini tidak berada pada satu tahap, sehingga yang tidak mungkin lagi bertemu kedua-keduanya. Dua kehendak ini pun tidak mempunyai pengaruh dalam mewujudkan berbagai perbuatan secara bergantian.
Sesungguhnya kehendak manusia, sebagaimana asal keberadaan wujud dirinya sendiri, senantiasa berhubung dan bergantung kepada kehendak Allah, dan sesungguhnya kehendak Allah SWT itu niscaya untuk terwujudnya kehendak manusia tersebut.
Allah SWT berfirman:
"Dan kalian tidak berkehendak melainkan Allah, pengatur alam semesta inilah yang berkehendak." (QS. At-Takwir: 29).

Manfaat Keyakinan pada Qadha' dan Qadar

Keyakinan pada qadha' dan qadar, di samping merupakan peringkat yang tinggi ma'rifatullah dalam dimensi penalaran dan mendorong manusia menuju kesempurnaan insaninya, secara praktikal menyimpan manfaat yang melimpah. Sebagian manfaat ini telah kami kemukakan, dan berikut ini akan kami jelaskan sebagian lainnya.
Kaum mukmin yang meyakini bahwa setiap kejadian tidak bisa lepas dari kehendak Allah Yang Bijak, dan semua kejadian itu bersumber dari takdir dan qadha' Ilahi, ia tidak akan merasa takut menghadapi peristiwa yang menyakitkan. Ia tidak akan pernah berputus asa. Ketika ia merasa yakin bahwa kejadian-kejadian itu merupakan bagian dari tatanan alam Ilahi Yang Bijak, pasti akan terwujud sesuai dengan kemaslahatan dan kebijaksanaan, maka ia akan menerimanya dengan lapang dada. Karena dengan jalan ini seorang mukmin akan sampai kepada sifat-sifat yang terpuji seperti: sabar, tawakal, ridha, dan sebagainya.
Demikian pula hati seorang mukmin tidak akan terkait dan tidak akan tertipu oleh dunia, dan tidak akan bangga dengan kesenangannya. Ia tidak akan tertimpa penyakit sombong. Dan ia tidak akan menjadikan nikmat Ilahi sebagai sarana untuk mencapai status sosial.
Allah SWT menyinggung manfaat-manfaat besar ini melalui ayat-Nya:
"Tidak ada suatu bencana apa pun yang menimpa di muka bumi ini dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab lauh mahfuz, sebelum Kami menciptakannya.Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu agar kalian tidak berduka cita dari apa yang lepas dari diri kalian dan supaya kalian jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya terhadap kalian dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Qs. Al-Hadid: 22-23).
Hendaknya kita berusaha menghindari pengaruh-pengaruh yang berlipat ganda dari penafsiran yang menyimpang terhadap masalah qadha', qadar dan tauhid dalam kemandirian pengaruh Allah. Karena penafsiran yang keliru atas masalah-masalah tersebut akan mengakibatkan kejemuan, kemalasan, kepasrahan di hadapan tindak kezaliman dan kejahatan penguasa zalim, serta lari dari tanggung jawab. Kiranya perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya kebahagiaan dan kesengsaraan abadi manusia hanyalah dapat diusahakan melalui perbuatan bebas dan sengaja manusia sendiri. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya ia akan mendapat pahala dari perbuatan baik yang ia lakukan dan ia akan mendapat siksa dari perbuatan buruk yang ia kerjakan pula." (QS. Al Baqarah: 286)
"Dan manusia tidak akan mendapat balasan apa-apa melainkan apa yang telah ia usahakan sendiri." (QS. An-Najm: 39).

Taken from: www.al-hadj.com

Jumat, 20 Maret 2009

The Meaning of Color and Number of Roses


How many flower species are there in the world? I don’t know. Sunflower, orchid, jasmine, tulip, water lily , chrysanthemum, carnation, daisy, iris, magnolia, just name it. But, among those beautiful flowers, I like roses the most. I just falling in love with the colors, with the petals, with the fragrance, with the beauty. Do you know that flower have its own meaning? For examples, white lilac means “My first dream of love”, while edelweiss shows daring and noble courage, red camellia says “You’re the flame of my heart”. The kind of flower that you like even can show your personality. But, you just can’t try to find the meaning of flowers and then choose which flowers that you like just based on their meaning in order to impress people, right?
Since I like roses, let me tell you the meaning of roses’ color and the meaning of the number of roses in case you want to give roses to your beloved one.

MEANING OF COLOR OF ROSES:
- Red
Sincere Love & Respect, Courage & Passion. Send red roses to convey the message of your passionate love for that someone; saying "I love you"
- Pink
Grace and Gentility, the rose of sweet thoughts. Send deep pink roses to show your appreciation & gratitude; saying "Thank you" Send light pink roses to convey admiration and sympathy.
- Yellow
In the Victorian times, yellow roses meant jealousy. But today, they signify friendship, joy, gladness and freedom, the promise of a new beginning. Send yellow roses to brighten up someone's day; to congratulate your friends and loved ones during Joyous occasions.
- White
Spiritual love & Purity, the rose of confession, the bridal rose; "You are heavenly", "I am worthy of you" . Commonly used as traditional bridal bouquet during weddings to symbolize a happy love. You can nevertheless use them to convey the message of "You are heavenly, I miss you"
- Lavender
Love at first sight and enchantment. Send lavender roses of course, to convey the message of your "love at first sight" with that special someone. You can nevertheless also send them if you would like to make a special impression.
- Orange
Passionate desire, pure enthusiasm and fascination. An excellent choice for a new relationship that you wish to pursue further. It can nevertheless also be referring to a new business partnership.

MEANING OF NUMBER OF ROSES:
- 1 Rose Love at the first sight; you are the one
- 2 Roses Mutual love between both, deeply in love with one another
- 3 Roses I love you
- 6 Roses I want to be yours
- 7 Roses I'm infatuated with you
- 9 Roses An eternal love, together as long as we live
- 10 Roses You are perfect
- 11 Roses You are my treasured one; the one I love most in my life
- 12 Roses Be my steady
- 13 Roses Secret Admirer
- 15 Roses I am truly sorry, please forgive me
- 20 Roses Believe me, I am sincere towards you
- 21 Roses I am devoted to you
- 24 Roses Can't stop thinking about you, 24 hours everyday
- 33 Roses Saying "I love you" with great affection
- 36 Roses I will remember our romantic moments
- 40 Roses My love for you is genuine
- 50 Roses Regretless love, this is
- 99 Roses I will love you for as long as I live
- 100 Roses Harmoniously together in a century; remaining devoted as couple till ripe-old age
- 101 Roses You are my one and only love
- 108 Roses Please marry me!
- 365 Roses Can't stop thinking about you, each and everyday
- 999 Roses Everlasting and Eternal love

By the way, please don’t send 999 roses to me. Just take me to the flower shop to admire the beauty of bunches of roses and then take me to the jewelry shop to buy beautiful stone with the money that was meant to buy roses hahaha…..

Banci

Banci, waria, wadam, bencong, perempuan setengah matang bahkan ada yang menyebut mereka sebagai perempuan jadi-jadian. Apapun sebutannya, kita sepatutnya tidak merendahkan mereka. Namun, saya berdoa, bahkan sebelum saya melahirkan anak agar keturunan saya yang pria tidak ada yang menjadi banci. “Tuhan, jika Engkau berkenan memberikan anak laki-laki padaku. Tolong kabulkanlah permintaanku ini, hindarkanlah putraku dan keturunan-keturunanku dari menjadi banci. Sesungguhnya, nabi-Mu melarang laki-laki menyerupai perempuan, maka hindarkanlah anak keturunanku dari kemarahan Nabi. Sesungguhnya pada laki-laki ada kekuatan yang melebihi kekuatan perempuan, maka hindarkanlah putra dan keturunanku yang pria dari berlaku kewanita-wanitaan, jadikanlah mereka pria-pria tangguh yang mampu menegakkan panji-panji Islam. Jadikanlah mereka seperti Umar bin Khatab, jadikanlah mereka seperti Khalid bin Walid, jadikanlah mereka seperti Saad bin Abi Waqqas”.
Entah kenapa air mata saya mengalir deras menulis artikel ini. Mungkin karena saya sepenuhnya berharap Allah berkenan mengabulkan permohonan saya. Mungkin saya takut kekhawatiran saya menjadi kenyataan, mungkin saya turut merasakan tersobeknya hati orang tua yang anaknya menjadi banci.
Mereka bilang, mereka adalah wanita yang terperangkap dalam tubuh yang salah. Benarkah? Saya tidak mau menghakimi. Dirimu selalu bahagia menjadi pusat perhatian. Aku paham. Betapa ramai dan hebohnya saat dirimu berada di tengah masyarakat jika ada acara-acara perayaan, olahraga, perlombaan. Apa itu yang engkau cari, sebentuk perhatian? Ataukah engkau menyalahkan perjalanan hidup yang mengantarkanmu menjadi seorang banci? Tapi, menjadi banci atau tidak tetaplah sebuah pilihan bagimu. Engkau yang memilih. Demi Penciptamu yang telah menciptakanmu sebaik-baiknya, demi Nabimu yang sangat mencintai umatnya, demi orangtuamu yang menyayangimu tanpa pamrih, tidakkah sebaiknya engkau, saudaraku fid-dien, kembali pada fitrahmu? Ada, waria yang kembali menjadi pria sejati, menikah bahkan memiliki anak. Maukah engkau bercermin padanya? Bayangkan suatu saat engkau seperti dirinya. Engkau bisa, saudaraku. Jika saja engkau mau.

Rabu, 18 Maret 2009

I Can Wait Forever


Lagu yang dinyanyikan Air Supply ini diciptakan oleh Graham Russell, David Foster dan Jay Graydon. Ini hanya satu dari sekian sekian lagu yang saya sukai dari duo Air Supply. I was madly in love with this song back then when I was a highschool student. Dulu, dua kali saya menyanyikan lagu ini di depan kelas. Pertama di kelas I-8, yang kedua di kelas III IPA 1. Yang bikin saya geli dan terkadang tertawa sendiri jika mengingat saya menyanyikan lagu ini bukanlah karena suara saya yang sumbang dan takut teman-teman saya jadi terganggu pendengarannya mendengar nyanyian saya, suara saya lumayan kok, apalagi saya sering latihan menyanyikan lagu ini di rumah hahaha... (narsis mode on). Setelah beberapa tahun berlalu, saya baru sadar dan merasa kasihan pada teman-teman saya. Mereka gak kenal lagu ini, tapi harus mendengarkan saya menyanyikannya, mana durasinya lama. Pasti mereka mikir "Nih, anak nyanyi'in lagu apaan sih!". Ya, tapi saya salut. Teman-teman saya pada baik hati memberikan kesempatan pada saya mengekspresikan diri. Apalagi saat kelas III itu saya sedang patah hati. Mereka mungkin terkesima menyaksikan penghayatan saya hihihi....Thanks ya, Guys. Gak ada yang nyorakin, gak ada yang lempar sepatu apalagi lempar meja. Miss you all... Ayo nyanyi lagi:

When you say, I miss the things you do
I just want to get back close again to you
But for now, your voice is near enough
How I miss you and I miss your love
And though, all the days that pass me by so slow
All the emptiness inside me flows
All around and theres no way out
Im just thinking so much of you
There was never any doubt

Chorus
I can wait forever
If you say youll be there too
I can wait forever if you will
I know its worth it all, to spend my life alone with you

When it looked as though my life was wrong
You took my love and gave it somewhere to belong
Ill be here, when hope is out of sight
I just wish that I were next to you tonight
And though, Ill be reaching for you even though
Youll be somewhere else, my love will go
Like a bird on its way back home
I could never let you go
And I just want you to know

Chorus
I can wait forever
If you say youll be there too
I can wait forever if you will
I know its worth it all, to spend my life alone with you
(repeat chorus 3 times)

Sabtu, 14 Maret 2009

Uang Receh


Anda tentu pernah berbelanja di pasar swalayan, dan kalau kembalian pembayaran Anda katakanlah sebesar Rp 10.150, apa yang akan Anda dapatkan dari kasir? Selembar uang sepuluh ribu rupiah dan sebuah permen. Atau selembar sepuluh ribu rupiah ditambahi ucapan “Maaf Ibu, kami tidak punya uang kecil”. Cobalah Anda untuk meminta hak Anda, kasir mungkin akan menjawab “Ibu punya uang Rp 350, uang ibu akan saya kembalikan sebesar Rp 10.500”. Jika jawaban kita “Gak punya, Mbak”, siap-siap saja menerima sejumlah kecil uang kembalian Anda melayang atau kembalian berwujud permen.
Sebagian orang tentu menganggap kembalian dalam bentuk uang receh adalah hal yang remeh. Buat apa dipikirin, dibalikin atau tidak dibalikin gue gak rugi-rugi amat. Tapi ternyata banyak orang yang merasa terganggu dengan praktek kembalian uang kecil dengan sebuah permen. Mereka berkata praktek semacam ini hanya menguntungkan penjual saja. Sekecil apapun nominal kembalian yang seharusnya mereka terima seharusnya kembalian tersebut tetap harus mereka terima dalam bentuk uang, bukan permen. Emang bisa kita membalikkan keadaan dengan cara membayar dengan menggunakan permen kepada kasir di swalayan? Pasti kasirnya tidak mau, kan? Hehehe….
Tapi masih mending kita diberi kembalian berupa permen, bagaimana kalau tidak ada kompensasi sama sekali? Coba kita bayangkan jika ada 500 pelanggan yang tidak menerima haknya dalam sehari sebesar Rp 100 saja per pelanggan. Dalam seminggu pasar swalayan tersebut akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 350.000 hanya dari uang receh konsumen yang tidak diberikannya. Dalam sebulan bisa mencapai Rp 1.400.000. Lumayan juga, ya? Wah, ini juga salah satu bukti sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.
Tidak diberikannya hak konsumen dalam bentuk yang seharusnya (baca: uang receh) dan kurangnya kesadaran konsumen akan hak-haknya cukup dianggap penting bagi seorang adik kost saya, sehingga ia memilih tema mengenai hal ini sebagai bahan skripsinya. Sayang sekali saya tidak mengetahui hasil penelitiannya.
Saya pribadi cukup menghargai pasar swalayan yang aware terhadap permasalahan ini dan berusaha memberikan hak konsumennya, sekecil apapun nominalnya. Di dekat rumah saya, ada satu pasar swalayan namanya Maju Bersama (MB). MB pernah beberapa kali meminta pelanggannya yang memiliki uang receh dalam jumlah tertentu untuk mau menukarkannya di MB dengan uang yang nominalnya yang lebih besar karena MB kekurangan uang receh. Atau patut pula dipertimbangkan cara yang ditempuh Mirota Gejayan Yogya. Ketika berbelanja di Mirota, saya mendapat kembalian berupa dua kupon dalam nominal Rp 50. Kupon tersebut tentu saja hanya berlaku jika dibelanjakan kembali di Mirota pada periode waktu tertentu. Hanya saja, saya berpikir cara ini tidak cukup efektif. Tidak semua konsumen dapat menggunakan kupon itu sesuai ketentuan yang berlaku. Nah, kalau Carrefour karena modalnya gede dan manajemennya memikirkan hak konsumen, kita sebagai konsumen yang diuntungkan. Dengan harga barang yang tidak bulat, maksudnya tidak sesuai dengan nominal mata uang yang beredar, Carrefour akan menggenapkan ke bawah. Jika total belanjaan kita misalnya Rp 450. 570 maka kita tidak perlu membayar yang Rp 70, bayar saja sebesar Rp 450.500. Satu hal yang jarang sekali kita temui pada swalayan lain. Pasti kita diminta membayar Rp 450.600 alias pembulatan ke atas. Banyak-banyak aja yach pasar swalayan yang meniru kebijakan Carrefour hihihi….

Pandai, Cerdas, Lihai, Licik

Kemarin sekitar sepuluh menit saya menyaksikan “The Candidate” di MetroTV, yang menjadi kandidat adalah Pak Siswono Yudohusodo. Salah satu panelis yang mengajukan pertanyaan kepada Pak Sis adalah ibu Sri Adiningsih, ibu dosen cantik dan cerdas yang sempat mengampu mata kuliah BLK (Bank dan Lembaga Keuangan lainnya) yang pernah saya pelajari saat masih kuliah dulu. Harus diakui, Pak Sis memang paham betul seluk-beluk bidang pertanian dan perkebunan di Indonesia. Tapi yang melekat di otak saya bukan hanya paparannya mengenai pertanian, tapi salah satu kalimatnya yang bikin gerr hadirin di studio Metro. Begini ucapan beliau “orang pandai yang banyak akal berarti cerdas, lebih banyak akalnya lihai, lebih banyak akalnya lagi licik”. Huehehehe…. Cerdas, Pak!
Akhirnya, saya pun tergelitik mencari tahu apa arti ke-empat kata-kata itu: pandai, cerdas, lihai dan licik. Berikut hasil browsingan saya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring:
PANDAI
1pan•dai 1 a cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu; pintar; cerdas: anak itu -- , rajin, dan jujur; 2 a mahir; cakap; terampil: karyawan itu -- lagi cekatan; ia -- berbahasa Inggris; 3 v dapat; sanggup: anak itu sudah -- membaca; 4 a berilmu: banyak orang -- di daerah ini;
-- berkorong kampung, ki pandai menyesuaikan diri dng adat kebiasaan dl lingkungan kampung;
-- berselit-belit pandai berkelit; -- hidup 1 pandai mengatasi masalah kehidupan sehari-hari sehingga tidak kekurangan, tidak berutang, dsb; 2 pandai menempatkan diri dl pergaulan; -- jatuh cak dapat cepat mencari akal untuk menyelamatkan diri; pandai berdalih;
ber•pan•dai-pan•dai v berbuat sesuatu untuk orang lain tanpa bertanya dulu kpd yg berkepentingan;
me•man•dai, ~ diri v berpandai-pandai;
me•man•dai-man•dai v berlagak pandai; menurut pikiran sendiri; berpegang pd pendirian sendiri;
me•man•dai•kan kl v menjadikan pandai: tugas seorang guru ialah ~ muridnya;
ke•pan•dai•an n keadaan (perihal) pandai; kepintaran; kemahiran; kecakapan: dr mana pula ia mendapat ~ itu?;
se•pan•dai-pan•dai a betapa pun pandainya;
~ tupai melompat, sekali gawal juga, pb sepandai-pandai orang, ada kalanya ia salah (keliru) juga
2pan•dai n 1 tukang tempa: -- besi; 2 juru (tukang) ramu: -- obat; -- ukir juru ukir;
-- lukis ark orang yg pandai membuat gambar; juru gambar; pelukis;
me•man•dai•kan kl v membuatkan: maka disuruh oleh Putri segala orang utas ~ sebuah mahligai keemasan
CERDAS
cer•das a 1 sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb); tajam pikiran: sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi orang yg -- lagi baik budi; 2 sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat): biarpun kecil badannya, tidak kurang -- nya;
-- cermat pertandingan adu ketajaman berpikir dan ketangkasan menjawab (pertanyaan, soal matematika, dsb) secara cepat dan tepat; -- tangkas cerdas cermat;
men•cer•das•kan v mengusahakan dsb supaya sempurna akal budinya; menjadikan cerdas: usaha ~ bangsa harus mendapat prioritas pertama dl rencana pembangunan; ~ akal budi;
pen•cer•das•an n proses, cara, perbuatan mencerdaskan;
ke•cer•das•an n 1 perihal cerdas; 2 perbuatan mencerdaskan; kesempurnaan perkembangan akal budi (spt kepandaian, ketajaman pikiran): perpustakaan didirikan untuk meningkatkan ~ masyarakat;
~ emosional kecerdasan yg berkenaan dng hati dan kepedulian antarsesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar; ~ intelektual kecerdasan yg menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dng yg lain; ~ spiritual kecerdasan yg berkenaan dng hati dan kepedulian antarsesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
LIHAI
li•hai a 1 pintar; cerdik; cekatan; pandai (menipu dsb): dia sangat -- memperdayakan lawannya; 2 tajam (tt senjata);
ke•li•hai•an n kepintaran; kecekatan: untuk melalui jalan yg curam dan berliku-liku itu, sangat dibutuhkan ~ mengemudi
LICIK
1li•cik a 1 banyak akal yg buruk; pandai menipu; culas; curang; 2 licin;
ke•li•cik•an n kepandaian memutarbalikkan perkataan; kecurangan; keculasan: ia terpaksa menggunakan ~ nya untuk menjebak lawannya
2li•cik a 1 mudah menyerah; gampang kalah; 2 penakut

Hmm…jadi bingung. Yah, berhubung saya suka quotation-nya dan relatively sependapat sama Bapak, bagaimana kalau kalimatnya sedikit kita rubah, Pak. Orang pandai yang banyak akal berarti cerdas, lebih banyak akalnya lihai, lebih banyak akalnya lagi namun tidak mempunyai hati nurani licik”. Setuju tidak, Pak?

Sebentuk Agar-Agar


Agar-agar! Tidak terdengar pekik suara hati gadis itu. Tidak seorang pun juga yang mengetahui dirinya memandangi lekat sebentuk cetakan yang tidak terisi penuh dengan agar-agar transparan. Dia bingung bagaimana menghabiskan agar-agar itu seorang diri. Jika tidak dia yang memakannya, siapa lagi? Dibuang? Mubazir. Diberikan ke orang? Malu dia memberikan agar-agar keras, hambar dan kurang wangi itu kepada orang lain. Apalagi kalau harus menjelaskan darimana agar-agar itu berasal. Mengakuinya sebagai buatannya sendiri? Itu berarti berbohong. Agar-agar, hanya itu satu-satunya bawaan yang diberikan rombongan yang baru saja pulang dari rumahnya. Lupakan black forrest, brownies, tiramisu, atau berbagai kue berkelas lainnya yang biasanya dikirimkan orangtua pacar adiknya pada setiap menjelang lebaran. Atau sekedar kue-kue beserta roti dari bakery besar yang menjadi buah tangan setiap pacar adiknya itu datang. Agar-agar, hanya itu satu-satunya yang dia terima, bahkan menjelang saat istimewanya. Setidaknya, ada yang bersusah payah membuat agar-agar itu untukmu, satu suara di hatinya berbisik. Gadis itu membayangkan, tidak ada yang susah dari membuat agar-agar. Hanya perlu mengaduk dan memastikan mengikuti takaran yang ada, pasti agar-agar itu tidak akan keras dan tidak akan hambar. Kalaupun gadis itu yang harus membuat agar-agar, dia juga akan memastikan agar-agar itu indah dipandang dan enak dimakan. Mungkin menambahkan sirup, mungkin mengkombinasikan warna, mungkin mengkombinasikan bentuk, mungkin menambahnya dengan buah kaleng yang pasti manis dan memiliki beberapa warna dari beberapa jenis buah, atau kiwi, strawberry, maupun jeruk yang pasti indah berada di dalam agar-agar transparan, bukan dengan pepaya mengkal yang keras dan berbentuk kotak dan juga nyaris tawar. Agar-agar itu tiba-tiba membuatnya ingin menangis, cuma seperti ini mereka mau bersusah payah untukku. Susah payah terkait dengan cinta kan? Demi cinta kita mau sedikit repot kan? Demi cinta kita juga mau sedikit berkorban, kan? Bahkan mereka tidak mau mengeluarkan Rp 33.000 saja untuk membeli kue standar bika ambon. Aku tak mengharapkan mereka membawa sekeranjang buah beraneka jenis dan sekotak besar chocolate ganache, nanar si Gadis. Mungkin tidak ada waktu untuk membeli, hatinya kembali memberi pandangan. Kalau tak ada waktu kenapa masih sempat mengaduk-aduk agar-agar dan menunggunya dingin? Kenapa tidak ada waktu kalau membeli kue hanya membutuhkan beberapa menit berhenti di toko kue dalam perjalanan menuju rumahku, kejar si gadis menuntut jawaban suara hati. Mungkin tak ada uang, suara hati memberikan alternatif jawaban. Apa kau yakin? Si gadis tak percaya. Lelakiku memang tidak punya uang. Itu aku paham. Tetapi pegawai-pegawai BUMN ternama itu punya. Tiga puluh tiga ribu pasti sangat ringan di dompet mereka. Bagiku saja sejumlah itu ringan, sehingga aku mau mengeluarkan nominal itu untuk kunjungan biasa. Tapi tak satupun dari mereka mau mengeluarkan uang untuk calon dari anak dan keponakannya. Lelakiku tak sensitif masalah seperti ini, ia akan menganggapnya ringan. Tapi dalam rombongan itu, ada yang sangat sensitif dan mengerti sekali urusan seperti ini. Mengapa beliau tak bersuara. Ataukah suaranya diabaikan? Kenapa? Apa karena aku dan keluargaku tidak begitu penting? Sementara calon-calon lain dalam keluarga itu….Si gadis tidak menyelesaikan kalimatnya. Hadir pertanyaan lain dalam dirinya, apa yang ada dalam pikiran ibuku karena anak gadisnya hanya dibawakan agar-agar keras dan tawar pada acara yang besar seperti ini? Gadis itu tertegun…, matanya terarah menatap agar-agar dihadapannya tapi pikirannya melayang….

Jumat, 13 Maret 2009

The Wedding


Besok ada undangan pernikahan. Yang mengundang adalah kakak ipar pakde saya dari pihak ibu. Ini undangan ketujuh dalam bulan ini mengingat minggu lalu ada 6 undangan. Dulu, sebelum menikah saya pernah membaca artikel di tabloid Nova yang ditulis Pak Safir Senduk, seorang konsultan keuangan. Saya ingat, saya pernah sedikit bingung (dan tertawa) kenapa Pak Safir memasukkan undangan sebagai kategori pengeluaran bulanan yang harus punya pos sendiri. Sekarang saya baru sadar kalau Pak Safir benar (ampun, Pak! Hehehe…). Mari kita berpura-pura menjadi Pak Safir, jika rata-rata ada 3 undangan saja setiap bulannya kalikan dengan sumbangan yang kita berikan, berapa total pengeluaran yang harus kita anggarkan untuk pos ini? Belum lagi memperhitungkan kedekatan kita dengan si pengantin atau keluarganya. Semakin dekat hubungan kekerabatan dan hubungan emosional kita, sudah barang tentu semakin besar nominal rupiah yang harus kita sediakan, bukan? (pelitdotcom)
Baiklah, mari kita tinggalkan saja dulu hitung-hitungan di atas. Karena yang akan kita bicarakan adalah masalah pernikahan dan resepsinya. Kita tidak akan membicarakannya dari segi menikah dalam pandangan agama (yang hukumnya bisa mubah, makruh, haram, sunah dan wajib tergantung niat, kondisi dan kesiapan). Tapi dari sisi wanita pada umumnya.
Pernikahan. Ketika mendengar kata-kata itu apa yang terlintas di benak Anda? Setiap perempuan pasti memiliki impian mengenai seperti apa pernikahannya akan diselenggarakan. White wedding gown, a prince in a tuxedo, beautiful flowers everywhere, minimalist wedding ring, invitation card with a ribbon on it, lovely wedding cake, romantic music, happy guests. Bagaimana dan di mana ijab kabul dilaksanakan. Apakah ia menangis terharu, atau tersenyum bahagia saat ijab kabul usai. Kemudian punya anak yang sehat, pintar, ceria. Membangun rumah sendiri sebagai istananya, and live happily ever after (walaupun kenyataannya tetap harus menghadapi kerikil-kerikil kehidupan, tapi paling tidak tetap happy).
Hehehe… sejak jauh-jauh hari mungkin setiap perempuan ingin resepsi pernikahan versinya sendiri walau wajah pengantin pria terkadang masih samar haha…. Ribetnya persiapan resepsi akan dijalani dengan hati riang. This is my wedding, ujar jiwanya. Menentukan tema, cari tempat resepsi, pilih desainer, penata rias, dekorator, katering, fotografer, pengisi acara, pilih cincin dan kartu undangan, sebar undangan, foto pre-weding. Oya, jangan lupa daftar ke KUA hehehe… Ntar malah lupa. Apalagi ya? Ngantuk, ide macet. Bobok dulu ya….Permisi...
PS: Yaa… bukannya hendak membunuh impian para gadis, nih. Tapi berdasarkan apa yang saya lihat, perempuan juga harus mempersiapkan diri jika pernikahan tidak berjalan sesuai harapan. Hal tersebut bisa terjadi karena banyak hal. Yang penting niatkan menikah karena ingin mendapat ridho Allah.

Hidup adalah Pilihan

Hidup adalah pilihan. Ingatkah Anda sejak kapan Anda harus menentukan pilihan untuk diri Anda sendiri? Mungkin Anda tidak ingat kapan. Mungkin pula Anda ingat. Pilihan, Razan kecilku saja sudah pandai memilih, memutuskan apa yang diinginkannya. Coba tanyakan pada Razan pada hari Minggu pagi, “Razan mau jalan-jalan ke mana?”. Dengan yakin Razan akan menyahut “Nengok kereta api trus nengok pesawat terbang”. Ya, bukankah setiap keputusan dalam memilih berbagai alternatif yang ada di hadapan kita tetaplah sebuah kebutusan baik itu hal yang besar maupun sepele. Setiap hari kita tidak lepas dari pembuatan keputusan, kita harus terus memilih. Bangun tidur, mau ngapain dulu? Makan siang, selera makanan apa? Kerjaan menumpuk, hendak dikerjakan hari ini atau besok? Mana yang harus dikerjakan lebih dulu? Atau pilihan untuk masa depan Anda, mau menikah kapan? Honeymoon ke mana? Ingin punya anak berapa? Investasi untuk pendidikan anak pada Bank mana? Keputusan rutin mungkin tidak akan berpengaruh banyak pada kehidupan kita selanjutnya. Akan tetapi, keputusan besar, seperti menikah misalnya pasti akan berpengaruh selama sisa kehidupan kita.
Pilihan yang kita ambil, dengan berbagai pertimbangan yang ada, bisa jadi tepat pada saat ini dalam pandangan Anda. Pernahkan terpikir bahwa mungkin suatu saat nanti Anda akan menyesali pilihan hidup yang Anda putuskan sendiri? Kembali, saya katakan ketika membaca blog Momon tentang temannya yang sedikit banyaknya mereview kembali apakah keputusan yang diambilnya dulu tepat atau tidak. Saya ikut mempertanyakan pertanyaan kepada diri saya sendiri. Apakah keputusan saya untuk berkeras tinggal di Medan adalah keputusan yang tepat? Melihat teman-teman yang belum menikah dan melanglangbuana memiliki kesempatan sekolah di luar negeri tanpa hatinya terbebani pikiran mengenai keadaan anak, sempat terbersit keingintahuan, jika aku juga belum menikah seperti mereka akankah aku juga punya kesempatan yang sama? Atau akankah saya juga akan menua dalam ‘kotak’ itu? Tapi, jika toh memang harus menua dalam kotak itu, saya rasa saya tidak keberatan.
Saya yakin sekali, Tuhan akan memberikan segala sesuatu bagi saya pada saat yang tepat. Umur, rezeki, jodoh, keselamatan, semua sudah ditetapkan-Nya dengan pertimbangan cermat. Saya memilki apa yang belum dimiliki oleh sahabat-sahabat saya itu, my own little family. Sesuatu yang mungkin sahabat-sahabat saya tersebut juga menginginkannya, namun belum tiba saat yang tepat bagi mereka. Yang saya miliki adalah hari ini dan besok. Maka saya tidak perlu (dan tidak bisa! Kan gak ada mesin waktu. Hehehe…) berjalan ke belakang untuk sampai pada persimpangan yang pernah saya lalui dan memilih jalan yang berbeda. Agak sulit pula bagi saya untuk menyesali keputusan yang saya ambil karena pada saat saya menjatuhkan pilihan, saya sadar konsekuensi seperti apa yang harus saya hadapi. Apalagi, saya juga meminta kepada yang Maha Tahu untuk memutuskan bagi saya apa yang terbaik, walaupun untuk sesaat keputusan itu bukan yang terindah di mata saya. Sepertinya hidup saya berjalan hampir sepenuhnya seperti yang saya prediksikan. Meski beberapa perkiraan saya luput, ya saya coba beradaptasi saja dan tetap bersabar.
Yang saya miliki adalah hari ini dan besok, maka ketika saya merasa gagal karena tidak bisa memenuhi harapan orang yang penting dalam kehidupan saya, saya merangking ulang prioritas dalam hidup saya sesuai dengan perkembangan yang ada. Memperhitungkan dan bersiap menghadapi apa yang akan terjadi nanti.
Yang kita miliki adalah hari ini dan besok. Hari ini dan besok kita terus harus memilih. Beberapa pilihan diputuskan atas dasar naluri, beberapa pilihan harus dijatuhkan dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dan mengolahnya menjadi data yang dapat meyakinkan Anda bahwa ketika sudah memilih Anda tidak akan menyesalinya. Pilihan hidup kita mutlak berada di tangan kita, dan terkadang tidak bisa mengakomodir semua keinginan orang disekitar kita mengenai ‘apa yang menurut mereka sebaiknya kita lakukan’. What should we do then? Cobalah duduk dengan tenang, take your time. Tentukan mana prioritas Anda. Bismillah, melangkahlah.
Hidup adalah pilihan. Dan terima kasih Anda memilih membaca postingan ini daripada nonton tv hehehe….

Kamis, 12 Maret 2009

Zzzz...Zzzz....

Sudah hampir tiga minggu ini kebiasaan tidur Razan mulai berubah lagi. Kembali seperti waktu bayi. Semasa bayi, tidak seperti sepupu saya, Rafi atau (Oom Rafi, begitu Razan harus memanggilnya sesuai tutur), yang beda setahun sama Razan. Rafi sejak bayi tidur malamnya sangat anteng, bangun cuma untuk minum susu kemudian tidur lagi, bahkan menurut bundanya terkadang Rafi tidak minum susu sama sekali di malam hari. Tidur siang pun selalu dilakoninya. Razan bayi? Wah, jangan tanya. Terkadang tidur siang hanya sebentar. Malamnya? Ronda! Gimana tidak jaga malam lha wong tengah malam Razan segar-bugar, senyum-senyum dan tertawa-tawa, main-main, berguling-guling kesenangan (sampai saya menggelarinya dengan panggilan “Undung-undung” karena Razan selalu bergelundungan menjelajah seluruh permukaan tempat tidur). Memang sehabis Maghrib Razan akan tidur, tapi setelah pukul 12 malam teng dia akan terbangun terkadang sampai jam 4 pagi. Siapa lagi yang harus menemaninya bermain kalau bukan mamanya. Kasihan Papanya, besoknya kan harus kerja. Tapi lebih tepatnya lagi, kalau mau jujur, antara saya dan Hubby yang paling tahan tidak tidur malam yaa.. saya. Hubby tuh bisa tidur dan terlelap dengan mudahnya hampir di mana saja dengan posisi apapun. Sementara saya? Kalau gak dapat moment-nya walau sudah ngantuk setengah mati tetap saja tidak bisa tidur! Apalagi ada satu kejadian yang menguapkan separuh kepercayaan saya kepada Hubby dalam menjaga Razan di malam hari. No..no...no…. Gak lagi deh kejadian itu terulang.
Saat ini, Razan akan tidur jam 3 siang, gak bisa dibangunin Maghrib, kemudian bangun jam 11 malam. Razan tidak mau terjaga sendirian di malam hari. Maka dia akan berceloteh, bertanya, minta ini itu, even membuka kelopak mata kalau saya berpura-pura tidur. Seperti tadi malam setelah bermain pesawat dan nonton VCD tentang kereta api dan pesawat terbang, cengar-cengir sama mamanya (wadooh, susah marah deh kalau Razan sudah mengeluarkan senyuman maut ke mamanya), dan akhirnya menyerah dan tidur jam 3 pagi (untuk kemudian bangun lagi menjelang azan Subuh). Terkadang kalau capek, saya akan marah juga padanya jika terlalu banyak bertanya (pusing juga menghadapi anak batita, pertanyaannya seperti tembakan senjata, beruntun sementara badan rasanya entah kayak apa karena ngumpulin keletihan gak tidur beberapa malam, apalagi terkadang pertanyaan Razan seperti 'jebakan' hehehe... "Ma ini pesawat apa?" biasanya Razan langsung mengacungkan pesawat yang dipegangnya ke hadapan saya. "Airbus, tipe A380" saya menjawab sekenanya. "Bukan, ini pesawat bulan sabit. Lihat, ini ada bulan sabitnya kan". Gubrakk..!), tapi saya akhirnya sadar itu strateginya memastikan mamanya tetap sadar menemaninya bermain. Ya, sudahlah mau bagaimana lagi. Saya tetap harus setia menemaninya, masak kalau dia gak tidur harus dikasih obat tidur?
Bingung juga melihat Razan, aktivitasnya tetap saja seperti biasa, energik. Bahkan kalau pun dia tidak tidur siang. Setelah bangun jam 4 pagi, Razan bisa tidak tidur siang dan baru tertidur pada jam 6 petang. Bangunnya? Jangan harap Razan akan bangun jam 6 pagi, Razan akan tetap bangun dengan range waktu antara pukul 12 sampai pukul 4 pagi.
Bude saya yang tinggal di sebelah rumah saya berkata “Kasihan ya, masak anak kecil tidak tidur-tidur”. Sedikit banyaknya ada sedikit tendensi mempertanyakan kemampuan saya mengkondisikan anak untuk tidur. “Maunya pada jamnya tidur Razan dibawa ke kamar”, itu sudah sejak dulu dilakukan, tapi jadinya setelah puas melompat-lompat di atas tempat tidur Razan akan berujar “Ma, Asa mau main di luar, ayoo Ma keluar”. Apa untuk hal seperti ini saya harus membawa Razan ke dokter Anggraeni, dokter anak yang menangani Razan sejak bayi? Dulu, saya menganggap kebiasaan tidur Razan wajar bagi bayi-bayi (tidur dan bangun kapan mereka mau), jadi saya tidak mempertanyakan hal tersebut kepada dr. Anggraeni. Hmmm… perlu tidak ya? Yaa… mungkin saya bisa konsultasi gratisan dulu ke teman-teman yang jadi psikolog dan dokter. Mumpung ‘stok’ banyak hahaha… (piss prends). Tapi sebetulnya ada satu hal yang sedikit meng-enggankan saya untuk konsultasi yaitu di keluarga saya (bapak, ibu, saya, Gema, Nofat, Caca) semuanya tahan tidur malam hanya beberapa jam atau terkadang tidak tidur sama sekali dan keesokannya tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Sampai saat ini pun begitu. Nofat dan Caca bisa ‘balas dendam’ dan tidur dari habis Subuh sampai jam 11 pagi. Tapi kalau ibu dan Gema? Gema tidak bisa ‘balas dendam’ karena dia harus bekerja. Dan ibu hanya bisa mencuri sejam dua jam untuk tidur di antara kesibukannya di rumah, itu pun seperti saya, kalau “moment-nya dapat”. Kalau saya? Bagaimana mau tidur, Razan tidak mengizinkan.
Tapi pagi ini, saya harus berterima kasih kepada Hubby. Setelah tidur, Razan bangun, tidak tahu jam berapa. “Ma, mau susu” pintanya. “Minta tolong ambilin sama Papa”. Kepala saya berat sekali, beberapa hari ini saya agak demam, kepala saya sakit, ditambah lagi saya baru tidur. Sakit kepala kali ini agak bandel, biasanya sehabis minum obat sakit kepala saya hilang, ini sudah dua hari, yang terasa sakit kepala bagian atas alias ubun-ubun (sebaiknya tanya kemana ini ya? Dokter aja? Psikiater? Ketika tes kesehatan psikologis oleh psikiater ada pertanyaan ‘jika sakit kepala, bagian mana yang sakit’. Apa itu terkait dengan beban pikiran, atau hanya ‘sakit biasa’? Gak tahu, deh. Tapi kalau bagian kepala yang sakit tidak penting bagi psikiater untuk menerjemahkan keadaan psikologis saya, kan pertanyaan yang perlu diajukan hanya “apa yang membebani pikiran Anda belakangan ini?”. Tapi karena kedua item pertanyaan itu ada, berarti keduanya saling melengkapi, kan?). Hubby menuruti permintaan Razan. Dan setelah itu keluar kalimat pamungkas Razan “Pa, keluar Pa. Asa mau nonton kereta api ama pesawat terbang (lagi??? Razan maniak banget pesawat dan kereta api. Sebutkan nama-nama TGV, Maglev, Shinkansen, EuroStar, Concorde, Helios, Global Hawk, Beluga, maka Razan bisa mengklasifikasikan mana yang kereta api dan mana pula nama pesawat)”. Dan papanya kembali menuruti permintaan Razan. Mengikuti kemauan Razan hanya masalah waktu. Razan akan berusaha terus sampai apa yang menjadi keinginannya dituruti. Biasanya menjelang Subuh, saat saya baru tidur setelah menemaninya di tengah malam, Razan yang mengerti bahwa ‘penjaganya’ berganti shift akan membangunkan papanya. “Cium dulu ah Papa biar mau bangun mmmuach..” katanya sambil mencium pipi papanya. Sumpah, geli banget saya melihat tingkahnya. “Bobok, Dek”, papanya menyuruh (atau berharap Razan mau disuruh tidur sementara dia kekeuh mau keluar kamar?). “Bangun, Pa! Bangun…. Ambil…” Razan bergerak mengambil bantal dan guling papanya. “Campak..” Razan pun memastikan papanya tidak akan tidur lagi karena bantal dan gulingnya dilempar jauh dari papanya. Hadoo… gak tahu dia belajar dari mana melakukan hal itu. Si papa masih enggan bangun. Tak kehilangan akal, Razan menarik kaki papanya. “Ayoo…Pa….Banguuunn!! “ Hihihi… Rutinitas yang aneh. Tadi pagi, saya dapat pengecualian boleh tidak shalat Subuh. Meneruskan tidur sampai pagi. “Ma, bangun” itu suara Hubby. Beneran mata saya masih berat sekali. “Ma, buat teh manis” Hubby masuk kamar lagi. Pasti sudah jam 7, hampir 4 jam saya tidur. Iya, jawab saya dalam hati. Pasti badan saya yang gak enak beberapa hari ini yang menghalangi saya melakukan permintaan Hubby. “Ma, Papa pergi kerja ya”. Sedikit kaget saya bangun, kaget karena saya belum buatin teh untuk Hubby. Saya keluar kamar. Razan menyambut seperti berhari-hari tidak ketemu saya “Mamaaaa…..” persis seperti di sinetron Razan menghambur memeluk saya. “Razan ngapain?” tanya saya. “Makan lontong”. Ooo… rupanya Hubby sudah beli sarapan di tempat favorit Razan. Koran hari ini juga sudah tergeletak tak jauh dari kursi kebesaran Hubby. Saya berjalan ke kamar mandi. Melewati meja makan, saya melihat mug besar. Hangat. Hubby sudah membuat teh sendiri. Hehehe.. maaf, Sayang. Diriku jauh dari sosok Arini yang sempurna dalam Istana Kedua-nya Asma Nadia. Kadang masih amaze Tuhan menitipkan cinta di hatimu untukku. Apipu, Honey.

Rabu, 11 Maret 2009

Perjalanan Bersama Keledai

Pernahkah Anda mendengar kisah tentang perjalanan seorang bapak, anak dan seekor keledai mereka? Sebenarnya, saya sendiri lupa kapan dan darimana saya peroleh cerita ini. Tapi pesan dari cerita ini sangat membantu saya menyikapi ucapan orang-orang terhadap kehidupan saya. Semoga Anda dapat memetik hikmah dari cerita ini untuk hidup Anda.
Pada suatu hari, seorang bapak beserta anaknya yang berusia remaja pergi ke suatu tempat dengan membawa keledai yang mereka miliki. Di awal perjalanan, mereka berjalan beriringan seraya menuntun keledai tersebut. Tak lama mereka bertemu dengan seseorang. “Kalian ini lucu sekali, kenapa kalian tidak menunggangi keledai itu saja. Capek-capek berjalan, ada kenderaan kok tidak dimanfaatkan”, usul orang tersebut. Sang Bapak berfikir, benar juga saran orang ini, baiklah mungkin aku akan menunggangi keledai ini dulu, setelah itu gantian anakku yang akan menaikinya, maka naiklah ia ke punggung keledainya. Perjalanan pun dilanjutkan.
Di tengah jalan mereka berjumpa dengan orang kedua yang berujar “Ah, mengapa Bapak tega sekali membiarkan putra Bapak berjalan di tengah terik matahari seperti ini, sementara Bapak menunggangi keledai itu. Kasihan putranya kan, Pak”. Mendengar ucapan orang itu, sang bapak merasa malu lalu bergegas turun. Dia kemudian menyuruh anaknya menunggangi keledai mereka. Mereka pun meneruskan perjalanan.
Selanjutnya, mereka bersua dengan orang ketiga. “Aduh, anak ini tidak sopan. Orang tuanya disuruh berjalan kaki sementara dia enak-enakan duduk di punggung keledai. Hormati orang tua, dong, Anak muda” katanya kepada si anak. Si anak berusaha menanggapi perkataan orang tersebut dan meminta bapaknya agar ikut duduk bersamanya. Tidak mau anaknya dikatakan orang sebagai anak yang tidak berbakti, sang bapak menuruti permintaan tersebut. Lalu mereka kembali menempuh sisa perjalanan yang ada.
Berikutnya, mereka bertemu dengan orang keempat yang gemas melihat mereka. Rupanya orang ini aktivis hak-hak hewan. “Ck..ck..ck..ck…Sungguh tidak berperikehewanan. Masak kalian berdua menunggangi keledai itu. Keledainya keberatan dong menahan beban tubuh kalian. Keledai yang malang”.
Twink..twink..., si bapak dan anaknya pun jadi pusing tujuh keliling memikirkan bagaimana cara yang tepat mencapai tempat tujuan mereka agar tidak dikomentari orang lagi. Satu-satunya hal yang belum mereka lakukan adalah memanggul keledai mereka. Menurut Anda, apakah keduanya harus melakukan hal yang sudah pasti sangat melelahkan itu?
Kalaupun keduanya memutuskan untuk memanggul keledai mereka, so pasti ada saja orang yang akan berkomentar. Bukankah itu terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari? Tanpa diminta ada saja orang yang mengomentari, menyiriki, menasehati, mencampuri urusan kita, baik diminta atau pun tidak. Mungkin kalau si bapak dan anaknya memanggul keledai mereka akan ada orang yang berucap “Hai, kalian berdua. Apa yang kalian lakukan? Seyogyanya, kalianlah yang menunggangi keledai itu, bukan keledai itu yang ‘menaiki’ kalian. Ada-ada saja”.
Pernahkah Anda capek hati dan capek kuping mendengar apa yang orang lain katakan mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan Anda? Hal itu memang tidak dapat dihindari. Kita kan tidak bisa mengontrol orang lain menyampaikan apa yang ada di benaknya atau meminta orang lain untuk lebih santun berbicara pada kita (takutnya dia tidak terima dan mengatakan “siapa elo”, nanti urusan malah lebih runyam). Yang kita miliki adalah diri kita sendiri, maka kitalah yang harus pandai-pandai bersikap menghadapi komentar orang lain.
Lalu pada kasus di atas manakah pilihan terbaik supaya tidak dikomentari orang? Jawabnya tidak ada karena akan ada saja orang yang akan selalu berkomentar. Selanjutnya, apa yang harus dilakukan bapak dan anak tersebut? Well, tentu saja apa yang terbaik menurut mereka. Karena mereka sendiri yang tahu ketahanan fisik si bapak, si anak, maupun si keledai dalam menempuh perjalanan tersebut, termasuk soal waktu dan jarak perjalanan yang ditempuh. Bagaimana jika ada orang yang berkomentar? Ya, biarkan saja. Kalau orang itu mau mendengar penjelasan si bapak, misalnya saat si bapak menunggangi keledai sementara anaknya berjalan kaki, beliau bisa menjawab “saya terlebih dahulu mengendarai keledai ini, bergantian dengan anak saya, karena saya takut keledai kami akan kelelahan menopang tubuh kami berdua mengingat perjalanan kami cukup jauh”.
Terkadang kita harus menjelaskan kepada orang lain mengenai apa yang dikomentarinya, karena orang kan tidak secara terus-menerus mengikuti perjalanan hidup kita, sebagaimana tidak ada satupun dari orang yang memberikan komentar pada cerita di atas yang terus-menerus mengikuti bapak dan anak tersebut di sepanjang perjalanan mereka. Bagaimana kalau orang lain tidak mau mendengar penjelasan kita? Ya, mau bagaimana, kembali lagi harus saya katakan “Biarkan saja”. Sebab, ada orang-orang tertentu yang memang tidak butuh penjelasan kita, dia cuma mau berkomentar, titik. Itu saya ketahui dari pengalaman pribadi, pernah ada saudara yang tidak terlalu dekat dengan saya mengajukan pertanyaan dan ungkapan beruntun yang sepertinya sudah dihapalkannya ibarat menghafal dialog sinetron. Sebab saat saya berusaha menjawab pertanyaannya satu persatu beliau sepertinya tidak perduli bahwa saya belum selesai berbicara dan memotong ucapan saya.
Di lain waktu, saya pernah dicecar pertanyaan oleh seorang ibu mengenai pekerjaan saya. Entah kenapa si Ibu sepertinya pengen banget menjatuhkan saya di depan teman-temannya. Saya coba sabar aja meladeni ibu tersebut, secara kalau saya bersikap sebaliknya dia pasti dengan mudah akan menunjuk hidung saya “kamu tidak sopan!”, dan tercorenglah nama orang tua saya karena dianggap tidak mampu menanamkan sopan santun pada anaknya. Anehnya, setelah kehabisan pertanyaan dan gantian saya bertanya “Anak ibu kerja di mana?”, ibu itu mendadak tidak bisa mendengar ucapan saya padahal jarak kami cuma setengah meter, dan tidak ada suara-suara yang bisa mengganggu sampainya pertanyaan saya ke telinga beliau. Tiga kali saya mengulangi pertanyaan yang sama, sampai-sampai teman si ibu yang duduk di sebelahnya berkata “Ditanya tuh Bu. Anak ibu kerja di mana”. Tidak hanya menderita gangguan pendengaran temporer, ibu itu yang tadinya lancar berbicara tiba-tiba tidak bisa menjawab pertanyaan saya dengan kalimat yang baik. Ngeles, berusaha mengalihkan pembicaraan. Tidak hanya itu, tanpa memberi jawaban yang jelas atas pertanyaan saya, atau mengucapkan apapun, tiba-tiba ibu tersebut menggerakkan badannya 90 derajat sehingga wajahnya tidak menghadap saya lagi, dan tanpa mengucapkan apa-apa pada saya langsung beliau mengajak berbicara teman di sebelahnya. Tinggallah saya yang melongo kayak orang bloon. Saya masih berdiri beberapa waktu untuk sekedar memastikan ibu tersebut memang tidak berniat berbicara kepada saya lagi sebelum saya akhirnya berkata “Permisi, Bu. Saya mau kesana dulu”. Belakangan saya ketahui ternyata anak ibu itu belum bekerja, tidak lebih baik dari saya yang saat itu diterima bekerja pada salah satu perusahaan penerbangan tapi pesawatnya gak terbang-terbang. Itu satu bukti lagi bahwa terkadang orang sibuk mengomentari orang lain tapi keberatan kalau kehidupannya dikomentari orang.
Apa yang sebaiknya kita lakukan saat orang lain mengomentari pilihan atau kehidupan kita? Dengarkan saja, barangkali komentarnya bisa memperkaya sudut pandang kita. Jangan serta-merta menuruti komentar orang, capek bo’. Tapi, jangan pula langsung menganggap komentar orang tidak baik. Mungkin saat hati sudah tidak panas, kita bisa berfikir jernih dan mengambil pelajaran dari apa yang dikatakan orang lain walau cara penyampaiannya bikin jengkel. Siapa tahu?

Kampanye Caleg

Pemilu semakin dekat. Para caleg pun bergerak semakin cepat memperkenalkan dirinya kepada masyarakat. Masing-masing caleg punya cara jitu memikat masyarakat. Berdialog dengan konstituen, memberikan sumbangan-sumbangan, berkampanye via sms, membagi-bagikan buku yang tentu saja memuat keterangan mengenai caleg, mengedarkan VCD berisi profil, visi, misi serta program kerja caleg, mengiklankan dan memberitakan diri di media massa, membedah buku yang ditulisnya, dan sebagainya. Cara konvensional seperti mengadakan panggung hiburan sudah ditinggalkan.
Strategi kampanye yang paling banyak dan sepertinya paling mudah dilakukan adalah memasang gambar diri berikut nama dan nomor urut caleg, tak ketinggalan juga nomor dan lambang partai di tempat-tempat strategis. Baliho, poster, spanduk, billboard menjamur. Tidak hanya di kota Medan, pastinya setiap dari kita dengan mudah melihat alat peraga yang menampilkan wajah-wajah para caleg di seluruh penjuru Nusantara. Coba iseng-iseng Anda perhatikan, di sepanjang jalan ada tidak pohon atau tiang listrik yang ‘selamat’ alias tidak dipasangi wajah para caleg. Poster diri caleg harus diakui mengganggu pemandangan kota karena sangat banyak jumlahnya dan tidak rapi penempatannya atau 'manyomak' kata orang Medan.
Tidak hanya di pinggir jalan, di tengah jalan Anda dengan mudah menemukan alat peraga yang berseliweran. Maksud saya, coba Anda lihat penutup beca, atau kaca bagian belakang angkutan kota, maupun body-body mobil tim sukses para caleg. Kembali, Anda akan menemukan gambar diri dan nomor urut para caleg.
Mmm… menurut Anda apakah strategi kampanye dengan cara memasang wajah para caleg akan berhasil mengantarkan mereka menjadi wakil rakyat? Untuk sekedar memperkenalkan diri, mungkin cara ini berhasil. Tapi setiap hari masyarakat tidak hanya melihat 1 gambar caleg. Sejumlah caleg menyadari betul hal ini, maka mereka pun memasang gambar dirinya dengan pose-pose yang unik, menyertakan foto ketua umum partai sampai memajang orang-orang terkenal di dunia seperti Obama, David Beckam sampai orang yang beken di kampungnya (beneran lho ada caleg yang memasang foto kakeknya, yang saya sebagai orang yang satu kecamatan dengan caleg tersebut tidak tahu siapa dan bagaimana track record kakek si caleg sampai-sampai si caleg mengkampanyekan diri di bawah bendera si kakek).
Kecuali calon anggota DPD, pada surat suara tidak akan ada foto caleg. Yang ada hanya nomor dan nama partai, serta sederet nama caleg dari partai-partai yang mengikuti pemilu. Dengan sekian banyak caleg yang ikut serta dalam pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD, apa yang dapat membedakan satu caleg dengan caleg lainnya kalau para caleg tidak memberikan informasi lebih kepada masyarakat sebagai acuan mengapa masyarakat harus memilih caleg tersebut. Kalau hanya melihat gambar wajah, nomor urut, nama caleg berikut partainya, sepertinya agak sulit bagi para pemilih untuk mengenal caleg lebih jauh dan menjatuhkan pilihan pada caleg tertentu. Saya cukup menghargai para caleg yang kreatif mengkaitkan diri dengan tokoh tertentu atau dengan pose yang unik, paling tidak saya aware caleg tersebut masuk ‘bursa’ pencalonan. Tapi sangat naïf kalau kita menentukan pilihan hanya karena si caleg tampan atau cantik, atau caleg tersebut keturunan siapa, atau karena fotonya lucu, atau ekspresi caleg sangat meyakinkan.
Masyarakat kita sekarang lebih kritis, mungkin lebih baik para caleg mendatangi grass root dan berdialog dengan masyarakat mengenai visi misi-nya daripada sekedar menebar baliho yang tidak memuat keterangan detail mengenai caleg tersebut.
Saya sepertinya harus sedikit angkat topi pada calon anggota DPD. Mungkin mereka sadar bahwa mereka harus berusaha sendiri karena tidak ada mesin partai yang mendukung mereka seperti halnya para caleg DPR, DPRD. Sebagian calon anggota DPD dari Medan track recordnya cukup jelas. Sebut saja Pak Rudolf M. Pardede yang merupakan mantan gubernur Sumatera Utara, dr. Robert Valentino Tarigan yang punya lembaga bimbingan belajar, atau Pak Rahmat Shah yang mendirikan Rahmat’s Wild Life Gallery, atau Pak Bahdin N. Tanjung yang rektor UMSU. Kita ambil contoh dr. Valentino walaupun orang sudah mengenal beliau dan mengetahui sepak terjangnya di dunia pendidikan, beliau tetap saja bergerilya memperkenalkan dan mengkampanyekan diri pada pemilih-pemilih potensialnya, jauh-jauh hari sebelum pemilu tiba. Memang ada juga caleg DPRD seperti Pak Adi Munasip, MM yang tidak hanya mengandalkan PAN dalam menjaring suara pemilih, setahu saya beliau sering mengadakan dialog kepada calon pemilih melalui “OBAMA = Obrolan Bareng Andi MunAsip” , tapi langkah Pak Adi ini hanya diikuti oleh segelintir caleg lainnya.
Ya, apapun langkah para caleg. Berhasil tidaknya strategi kampanye mereka, semoga kita sebagai pemilih semakin cerdas menentukan pilihan, tidak hanya menggunakan “mini maini maini mo” alias menghitung kancing saat mencontreng nanti. Semoga sebelum memasuki bilik pemilihan kita sudah menjatuhkan pilihan, karena pasti butuh waktu lama kalau kita masih mikir mau mencontreng caleg yang mana saat pemilihan. Belum lagi kita harus membuka dan melipat empat surat suara yang kata iklan “di meja aja gak cukup”. Bisa-bisa calon pemilih yang antri ketiduran menunggu kita kelamaan berada di bilik suara hehehe…

Protes

Suatu hari saya protes pada Hubby. “Pa, Mama sama Razan kan sama-sama keras kepala. Tapi Papa kok lebih sabar ngadepin Mama daripada ngadepin Razan. Seharusnya kan Papa lebih sabar sama anak.”
Hubby dengan santai menjawab, “Sebenarnya, perasaan Papa sama saja saat harus menghadapi Mama dan Razan. Kadang Papa juga gak sabar sama Mama. Apalagi kalau udah ngambek. Tapi mau gimana lagi, Mama kan memang seperti itu. Udah gak bisa dirubah. Kalau dibilangin nanti bisa tambah marah. Ntar kalau udah reda, kamu kan bisa sadar dan berfikir sendiri mana yang baik mana yang enggak. Kamu kan sudah dewasa. Kalau Razan masih anak-anak, masih bisa diajarin, masih bisa dibentuk, kalau Papa diemin aja mana dia tahu perbuatannya salah atau tidak. Namanya juga anak kecil, untuk mendapatkan perhatiannya terkadang Razan harus sedikit dikerasin kalau dibilangin pelan-pelan gak bisa” pungkas Hubby.
Mendengar penuturan Hubby, saya cuma bisa senyum-senyum sendiri…. Gak jadi protes lebih lanjut.

Minggu, 08 Maret 2009

Nabi Anak Yatim

Hari Senin tanggal 9 Maret 2009 bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1430 H merupakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Terbentang jarak 14 abad dari kita sekarang dengan masa kehidupan Nabi. Namun waktu pun tidak mampu membendung kecintaan kita kepada Nabi.
Akan tetapi, sudahkah kita membuktikan kecintaan kita kepada beliau? Rasulullah semenjak lahir telah menjadi yatim. Beliau mengerti sekali bagaimana perasaan anak yatim, karena itu beliau sangat menyayangi mereka. Setiap kali bertemu dengan anak yatim, Nabi Muhammad SAW selalu mengelus kepala mereka dengan penuh kasih sayang.

Muhammad.... Muhammad....
Muhammad Musthofa....
Ibunya bernama Aminah, Ayahnya bernama Abdullah
Dilahirkan di Mekkah Mukaromah, Ibu susunya Halimatus Sa`diah
Ayahnya meninggal dunia, Ketika Nabi di dalam kandungan
Alangkah sedih pilunya, Ibunya menjaga baginda
Semasa di dalam perjalanan, Pulang dari makam suaminya
Aminah jatuh sakit di 'Abwa, Kembali ke alam baka
Tinggallah Nabi seorang diri, Hilang insan yang dikasihi
Tinggallah Nabi seorang diri, Mengajarnya hidup berdikari
Anak yatim anak yang mulia, Dilindungi Allah setiap masa
Terpadam api biara majusi, Runtuhlah istana Kisra Parsi
Mekkah diterangi cahya putih, Tanda lahir Nabi anak yatim
Shalallahu 'alaa Muhammad, Shalallahu 'alaaihi wassalam
Hidupnya yatim, yatim piatu, Tiada ayah tiada ibu
Hidupnya yatim, yatim piatu, Namun dialah manusia agung
**(Song by Raihan)**

Rasulullah menyuruh kita untuk mencintai anak yatim. Kala salah seorang sahabat datang kepada Nabi, beliau berkata: "Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga." (HR.Ahmad dan Abu Dawud).

Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan sarana untuk melunakkan hati dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Kita tidak akan pernah mendapati orang yang menyantuni anak yatim, kecuali pasti memiliki hati yang pengasih. Orang yang keras hatinya, tentu tidak bisa mengasihi orang lain. Tapi, yakinlah, sekeras-kerasnya hati seseorang akan melunak juga jika ia mau belajar mencintai. Dengan mencintai anak yatim, kekerasan hati sedikit demi sedikit akan melumer. Saat kita menyayangi dan memberi perhatian pada anak yatim, tentu anak yatim tersebut akan balik menyayangi kita. Kasih sayang ini akan menyentuh hati kita. Kita pun sadar bahwa masih ada orang yang mencintai kita, asal kita juga mau mencintai orang lain. Dengan mencintai anak yatim, juga akan mendatangkan suatu ketenangan sendiri dalam hati kita bahwa kita telah melaksanakan wasiat manusia yang paling mulia di muka bumi ini, Rasulullah SAW yang kita cintai.
Manfaat lain dari tindakan mengasihi anak yatim yang telah dikabarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada seorang yang bertanya kepada beliau adalah: bahwa meyantuni anak yatim merupakan sarana terpenuhimya kebutuhan dan terwujudnya apa yang dicari. Karena sesungguhnya, orang yang berbuat kebaikan kepada anak yatim adalah orang yang telah memasukkan rasa gembira dihati mereka. Tidak diragukan lagi, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakannya, karena Allah Ta'ala Maha Pengasih dan mencintai semua orang yang pengasih. Rasulullah bersabda: "Orang yang pengasih, akan dikasihi oleh Ar Rahman (Yang Maha Pengasih). Kasihilah siapa yang ada dibumi niscaya engkau dikasihi oleh yang di langit." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lain).

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Allah,kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (dihari) orang-orang bermuka masam penuh kesakitan. Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra." (Al-Insan : 8-12).

Rasulullah sangat menghargai dan mencintai orang-orang yang mengasihi anak yatim. Beliau bersabda: "Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di surga seperti ini", Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. (HR. Bukhori).

Sudahkah kita mencintai anak yatim?