Jumat, 20 Maret 2009

Banci

Banci, waria, wadam, bencong, perempuan setengah matang bahkan ada yang menyebut mereka sebagai perempuan jadi-jadian. Apapun sebutannya, kita sepatutnya tidak merendahkan mereka. Namun, saya berdoa, bahkan sebelum saya melahirkan anak agar keturunan saya yang pria tidak ada yang menjadi banci. “Tuhan, jika Engkau berkenan memberikan anak laki-laki padaku. Tolong kabulkanlah permintaanku ini, hindarkanlah putraku dan keturunan-keturunanku dari menjadi banci. Sesungguhnya, nabi-Mu melarang laki-laki menyerupai perempuan, maka hindarkanlah anak keturunanku dari kemarahan Nabi. Sesungguhnya pada laki-laki ada kekuatan yang melebihi kekuatan perempuan, maka hindarkanlah putra dan keturunanku yang pria dari berlaku kewanita-wanitaan, jadikanlah mereka pria-pria tangguh yang mampu menegakkan panji-panji Islam. Jadikanlah mereka seperti Umar bin Khatab, jadikanlah mereka seperti Khalid bin Walid, jadikanlah mereka seperti Saad bin Abi Waqqas”.
Entah kenapa air mata saya mengalir deras menulis artikel ini. Mungkin karena saya sepenuhnya berharap Allah berkenan mengabulkan permohonan saya. Mungkin saya takut kekhawatiran saya menjadi kenyataan, mungkin saya turut merasakan tersobeknya hati orang tua yang anaknya menjadi banci.
Mereka bilang, mereka adalah wanita yang terperangkap dalam tubuh yang salah. Benarkah? Saya tidak mau menghakimi. Dirimu selalu bahagia menjadi pusat perhatian. Aku paham. Betapa ramai dan hebohnya saat dirimu berada di tengah masyarakat jika ada acara-acara perayaan, olahraga, perlombaan. Apa itu yang engkau cari, sebentuk perhatian? Ataukah engkau menyalahkan perjalanan hidup yang mengantarkanmu menjadi seorang banci? Tapi, menjadi banci atau tidak tetaplah sebuah pilihan bagimu. Engkau yang memilih. Demi Penciptamu yang telah menciptakanmu sebaik-baiknya, demi Nabimu yang sangat mencintai umatnya, demi orangtuamu yang menyayangimu tanpa pamrih, tidakkah sebaiknya engkau, saudaraku fid-dien, kembali pada fitrahmu? Ada, waria yang kembali menjadi pria sejati, menikah bahkan memiliki anak. Maukah engkau bercermin padanya? Bayangkan suatu saat engkau seperti dirinya. Engkau bisa, saudaraku. Jika saja engkau mau.

1 komentar:

  1. Sok pink dan empatis tapi ternyata antek teroris. Yang biasanya cari perhatian sambil itu ya keparat teroris kayak kamu,sambil bawa isu SARA. Dasar budak seks kaum padang pasir.

    BalasHapus