Jumat, 13 Maret 2009

The Wedding


Besok ada undangan pernikahan. Yang mengundang adalah kakak ipar pakde saya dari pihak ibu. Ini undangan ketujuh dalam bulan ini mengingat minggu lalu ada 6 undangan. Dulu, sebelum menikah saya pernah membaca artikel di tabloid Nova yang ditulis Pak Safir Senduk, seorang konsultan keuangan. Saya ingat, saya pernah sedikit bingung (dan tertawa) kenapa Pak Safir memasukkan undangan sebagai kategori pengeluaran bulanan yang harus punya pos sendiri. Sekarang saya baru sadar kalau Pak Safir benar (ampun, Pak! Hehehe…). Mari kita berpura-pura menjadi Pak Safir, jika rata-rata ada 3 undangan saja setiap bulannya kalikan dengan sumbangan yang kita berikan, berapa total pengeluaran yang harus kita anggarkan untuk pos ini? Belum lagi memperhitungkan kedekatan kita dengan si pengantin atau keluarganya. Semakin dekat hubungan kekerabatan dan hubungan emosional kita, sudah barang tentu semakin besar nominal rupiah yang harus kita sediakan, bukan? (pelitdotcom)
Baiklah, mari kita tinggalkan saja dulu hitung-hitungan di atas. Karena yang akan kita bicarakan adalah masalah pernikahan dan resepsinya. Kita tidak akan membicarakannya dari segi menikah dalam pandangan agama (yang hukumnya bisa mubah, makruh, haram, sunah dan wajib tergantung niat, kondisi dan kesiapan). Tapi dari sisi wanita pada umumnya.
Pernikahan. Ketika mendengar kata-kata itu apa yang terlintas di benak Anda? Setiap perempuan pasti memiliki impian mengenai seperti apa pernikahannya akan diselenggarakan. White wedding gown, a prince in a tuxedo, beautiful flowers everywhere, minimalist wedding ring, invitation card with a ribbon on it, lovely wedding cake, romantic music, happy guests. Bagaimana dan di mana ijab kabul dilaksanakan. Apakah ia menangis terharu, atau tersenyum bahagia saat ijab kabul usai. Kemudian punya anak yang sehat, pintar, ceria. Membangun rumah sendiri sebagai istananya, and live happily ever after (walaupun kenyataannya tetap harus menghadapi kerikil-kerikil kehidupan, tapi paling tidak tetap happy).
Hehehe… sejak jauh-jauh hari mungkin setiap perempuan ingin resepsi pernikahan versinya sendiri walau wajah pengantin pria terkadang masih samar haha…. Ribetnya persiapan resepsi akan dijalani dengan hati riang. This is my wedding, ujar jiwanya. Menentukan tema, cari tempat resepsi, pilih desainer, penata rias, dekorator, katering, fotografer, pengisi acara, pilih cincin dan kartu undangan, sebar undangan, foto pre-weding. Oya, jangan lupa daftar ke KUA hehehe… Ntar malah lupa. Apalagi ya? Ngantuk, ide macet. Bobok dulu ya….Permisi...
PS: Yaa… bukannya hendak membunuh impian para gadis, nih. Tapi berdasarkan apa yang saya lihat, perempuan juga harus mempersiapkan diri jika pernikahan tidak berjalan sesuai harapan. Hal tersebut bisa terjadi karena banyak hal. Yang penting niatkan menikah karena ingin mendapat ridho Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar