Kamis, 12 Februari 2009

Episode Kehidupanku

“Menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mulia, Ma. Biar saya saja yang banting tulang menafkahi keluarga ini. Saya lebih tenang kalau kamu yang menjaga dan mendidik Razan”.

“Saya pun menginginkan hal tersebut. Tapi saya masih punya hutang yang harus diselesaikan. Tidak tega rasanya menyadari bahwa sebenarnya orang tua saya menginginkan saya bekerja, walaupun mereka tidak menyatakannya secara verbal. Tidak tega rasanya mendengar mereka disudutkan komentar orang-orang, sudah jauh-jauh anaknya kuliah tapi tidak bekerja. Telinga saya merah saat mendengar orang-orang menyindir saya, tapi hati saya terbakar saat mereka mengusik orang tua saya. Saya mensyukuri rezeki yang kita peroleh, karena toh rezeki saya hanyalah apa yang habis saya makan, dan apa yang usang karena saya pakai, saya masih mensyukuri karena saat kita masih bisa berbagi dengan orang lain berarti kita masih berkecukupan”.
“Meninggalkan Razan adalah hal terberat buat saya. Mencermati perkembangannya dari hari ke hari adalah kebahagiaan buat saya. Tapi sekarang dia sudah cukup besar, sudah banyak aktivitas yang dapat dilakukannya. Sudah berkembang pergaulannya dengan lingkungan di sekitarnya. Dia sudah tidak terlalu bergantung pada saya, ditambah lagi persoalan pribadi sudah tidak mengganggu orang yang saya inginkan menjaga dan mendidiknya di saat saya tidak di dekat Razan, orang yang cintanya pada Razan tidak diragukan lagi sehingga saya yakin dia tidak akan tersakiti. Waktunya sudah tepat untuk membayar hutang saya”.

“Baiklah kalau itu keinginan kamu. Saya akan mendukung apapun pilihan kamu asal itu membuat kamu bahagia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar