Rabu, 25 Februari 2009

Lemah lembut dan menahan amarah

Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada
diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, yaitu
kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi
masalah hidupnya dega kemarahan dan emosional, akan
tertutuplah akal dan pikirannya yang akhirnya
menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi Allah
ta'ala dan Rasul-Nya. Dan jika hamba tersebut
menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya,
niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi
dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia di sisi
Allah ta'ala dan makhluk-makhluknya.
Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah
akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus
merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini
dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan
mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum
bertindak. Karena setiap manusia tidk pernah
terpisahkan dari problema hidup, jika ia tidak
membekali dirinya dengan akhlak ini, niscaya ia gagal
untuk menyelesaikan problemanya.

Demikian agungnya akhlak ini sehingga Rasullah memuji
sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya :
"Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang
dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan
ketenangan (tidak tergesa-gesa)" (HR. Muslim)

Akhlak mulia ini terjadang diabaikan oleh manusia
ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga
tindakannya pun berdampak negatif bagi dirinya ataupun
orang lain.
Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dari sifat marah
yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda
kepada seorang sahabat yang meminta nasehat :
"Janganlah kamu marah". Dan beliau mengulanginya
berkali-kali dengan bersabda : "Janganlah kamu marah"
(HR. Bukhari). Dari hadits ini diambil faedah bahwa
marah adalah pintu kejelekan, yang penuh dengan
kesalahan dan kejahatan, sehingga Rasulullah
mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah.
Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak.
Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan
oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap
melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca,
dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak
terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dati
kelemahlembutan.

Didalam hadits yang shahih Rasulullah shalallahu
'alahi wa sallam bersabda : "Bukanlah dikatakan
seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi
orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah"
(Muttafaqqun'alahi).

Ulama telah menjelaskan berbagai cara menyembuhkan
penyakit marah yang tercelah yang ada pada seorang
hamba, yaitu :

1. Berdoa kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki
hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan
sifat-sifat jelek dan hina dari diri manusia. Allah
ta'ala berfirman : "Berdoalah kalian kepadaku
niscaya akan aku kabulkan"(Ghafir: 60)

2. Terus-menerus berdzikir pada Allah seperti membaca
Al-Quran, bertasbih, bertahlil, dan istigfar, karena
Allah telah menjelaskan bahwa hati manusia akan tenang
dan tenteram dengan mengingat Allah. Allah berfirman :
"Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram"( Ar-Ra'd : 28)

3. Mengingat nash-nash yang menganjurkan untuk menahan
marah dan balasan bagi orang-orang yang mampu manahan
amarahnya sebagaimana sabda nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam : "Barangsiapa yang menahan amarahnya
sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di
hari kiamat) Allah akan memanggilnya di hadapan para
makhluq-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari
bidadari surga, dan menikahkannya dengan hamba
tersebut sesuai dengan kemaunnya "(HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

4. Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah
dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, dan
jikalau ia sedang duduk maka hendaklah ia berbaring,
sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam :
"Apabila salah seorang diantara kalian marah
sedangkan ia dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia
duduk. Kalau telah reda/hilang marahnya (maka cukup
dengan duduk saja), dan jika belum hendaklah ia
berbaring".(Al-Misykat 5114).

5. Berlindung dari setan dan menghindar dari
sebab-sebab yang akan membangkitkan kemarahannya.
Demikianlah jalan keluar untuk selamat dari marah yang
tercela. Dan betapa indahnya perilaku seorang muslim
jika dihiasi dengan kelemahlembutan dan kasih sayang,
karena tidaklah kelemahlembutan berada pada suatu
perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya
bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan
niscaya akan menjelekkannya. Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam bersabda : "Tidaklah kelemahlembutan
itu berada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah,
dan tidaklah kelembutan itu dicabut kecuali akan
menjadikannya jelek"(HR. Muslim).

<>
Taken from: www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar