Kamis, 12 Februari 2009

Thank You God for the Physical Strength that You Give to Me

Alhamdulillahirrobbil ‘alamin. Sepertinya saya harus sangat bersyukur dan tidak boleh memungkiri bahwa saya diberikan kekuatan fisik yang lumayan walaupun badan saya kecil. Sejumlah kejadian dan komentar orang telah membantu saya menyadari keadaan saya ini.
Peristiwa ini belum lama terjadi. Menjelang tengah hari, saya dan Razan berada di dalam rumah. Razan bermain pesawat-pesawatannya di ruang tamu dan saya berada di ruang tengah. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh diikuti tangisan anak-anak. Mengikuti feeling, sontak saya berlari ke halaman. Jilbab tidak saya kenakan dan saya pun tidak terpikir mengganti celana sebetis yang saya pakai.
Astaghfirullah. Cuma itu yang terlontar dari mulut saya. Di halaman rumah saya 2 orang anak tetangga saya, si kembar R dan R jatuh tertimpa pagar rumah saya. Spontan saya angkat pagar, berat sekali! Demi melihat anak-anak itu saya pun terus berusaha mengangkat pagar itu sedemikian rupa agar mereka bisa keluar dari himpitan pagar. Tetangga di sebelah kiri rumah saya rupanya melihat kejadian ini karena dia sedang menyapu ruang depannya. Bukannya langsung menolong mengangkat anak-anak itu, beliau malah mendatangi rumah si kembar yang tepat berada di sebelah kiri rumahnya, memberitahu keluarga si kembar. You gotta do first thing first. Selamatkan si kembar dulu!!!
Saya sudah mulai tidak kuat menahan beratnya pagar. Saya minta anak-anak itu untuk bangkit. Mereka terus menangis meraung-raung. Betis kiri saya terasa perih, saya sadar betis saya terluka sewaktu mengangkat pagar tadi. Yang perempuan sudah berdiri. “Ayo dek, bangun” ujar saya semakin menahan diri untuk tidak melepas pagar, yang laki-laki masih belum berdiri. Tetangga saya berjalan mendekati. Ya berjalan… kenapa tidak berlari?
Akhirnya keduanya sudah berdiri, mereka masih menangis keras. Tentu saja. What do you expect? Masih syukur mereka bisa bangun sendiri. Langsung saya raih yang lelaki, yang paling dekat dengan saya, dan ternyata yang lukanya paling banyak. Saya gendong dia ke rumahnya. Tetangga saya membawa anak yang perempuan. Hey man! Tante si kembar bukannya langsung menyongsong kami, dia MENUNGGU kami di teras rumahnya.
Ummi si kembar rupanya sedang berada di kamar mandi dan panik begitu diberitahu apa yang terjadi. Sekitar pelipis anak yang laki-laki biru bengkak, tetangga saya menyarankan bengkak itu diberi nasi hangat. Saya coba menyarankan agar luka tersebut diberi pala supaya bengkaknya hilang (resep ini sudah terbukti manjur di keluarga saya), tidak dilakukan. Saya tawari ke dokter, ummi si kembar menjawab menunggu suaminya pulang saja.
Saya pun kembali ke rumah karena Razan saya tinggal sendirian, sekaligus mengobati luka di kaki saya. Dan saya berucap “Thank you God for giving me the strength”. Tidak terbayang bagaimana jadinya kalau si kembar harus MENUNGGU pertolongan orang sementara saya tidak sanggup mengangkat pagar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar