Selasa, 17 Februari 2009

Merangsang Kemandirian Anak Usia 1-3 Tahun

Di atas satu tahun kemampuan anak untuk menolong dirinya sendiri sudah muncul lebih banyak. Di usia ini berbagai kemampuan motorik maupun interaksinya dengan lingkungan sudah lebih berkembang.

Minum Dari Gelas Tanpa Bantuan
Di usia 15 bulan anak diharapkan sudah bisa minum dari gelas yang dipegangnya dengan satu tangan tanpa dibantu lagi. Didukung dengan kemampuan berdiri dan berjalan, yang umumnya sudah dimiliki anak usia 12-15 bulan, maka aktivitas ini sudah bisa dilakukannya sambil berdiri, bahkan kemudian dilakukannya sambil berjalan.
Stimulus: Berikan gelas plastik atau melamin berisi air. Sebaiknya air jangan terlalu penuh karena kesigapan anak memegang belum sepenuhnya sempurna. Mintalah anak untuk memegang sendiri dengan tangannya. Umumnya, anak usia ini sudah mampu minum sendiri tanpa bantuan orang lain. Sangat baik bila orang tua memberikan dua jenis gelas, yang bergagang dan yang tidak. Variasi ini bermanfaat untuk melatih motorik halusnya.


Pakai Sendok untuk Makan
Di usia 1,5 tahun, anak diharapkan sudah bisa menggunakan sendok untuk makan. Meskipun belum sempurna dan masih sering tumpah tapi hal ini penting dipelajari demi kemandiriannya. Di usia 2 tahun, kemampuan menggunakan sendok sudah lebih meningkat, meskipun terkadang masih tumpah atau berhamburan. Jenis makanan yang bisa disuap pun makin beragam, seperti nasi, mi, telur yang dipotong-potong kecil, atau ayam yang disuir-suir.
Stimulus: Untuk anak usia 1,5 tahun, berikan piring dengan porsi makanan sedikit. Kemudian berikan sendok kecil kepadanya. Jangan langsung meminta anak menyendok dan menyuapkan makanan tersebut ke mulut, melainkan contohkan terlebih dulu. Setelah itu biarkan anak mencoba melakukannya sendiri. Bila masih tumpah di sana-sini, maklumi saja, namanya juga belajar. Kemampuan ini akan semakin terasah seiring pertambahan usia anak.
Di usia 2 tahun, stimulusnya bisa ditambah dengan menyediakan piring plastik yang berisi nasi, mi, atau telur yang telah dipotong kecil-kecil. Berikan sendok kecil dan biarkan dia belajar menggunakannya. Bila masih tumpah-tumpah bahkan berhamburan, biarkan saja. Latih terus sampai kemampuannya mendekati sempurna. Mungkin ada anak yang protes dan ingin disuapi, bujuklah dengan kasih sayang agar dia mau belajar melakukannya sendiri.


Buka Sepatu, Kaus Kaki, Celana, Baju Sendiri
Di usia 2 tahun, anak diharapkan sudah mampu membuka sepatu, kaus kaki, celana, dan baju sendiri. Kemampuan ini akan bertambah setahap demi setahap, tapi pertambahan ini tidak sama pada tiap anak. Bila memang anak kesulitan melakukannya, segera bantu sambil mengajarkan bagaimana cara melakukannya secara benar.
Stimulus: Tahap pertama, latihlah anak dengan sesuatu yang mudah seperti membuka sepatu yang tidak bertali atau membuka kaus singlet yang mudah ditarik. Tunjukkan padanya bagaimana cara menarik sepatu dari telapak kaki atau menarik kaus singlet ke atas melalui kepala. Kalau anak sudah dapat melakukannya, mulai ajarkan bagaimana caranya membuka baju berkancing depan. Cermati, mungkin anak mengalami kesulitan saat membukanya sehingga orang tua perlu menyontohkannya lagi. Kalau kancing sudah terbuka, tunjukkan bagaimana cara melepaskannya.


Meraih Gelas dan Meneguk Minuman
Di usia 2 tahun, diharapkan anak sudah mampu meraih gelas yang ada di atas meja kemudian minum isinya. Untuk itu, orang tua perlu berhati-hati ketika meletakkan secangkir kopi panas, soft drink, atau minuman lainnya. Sewaktu-waktu anak bisa meraih dan meminumnya tanpa sepengetahuan orang tua. Selain meraih gelas, anak pun sudah mulai mampu menuang sendiri air dari teko maupun dispenser yang tinggal pencet (didorong dengan gelas).
Stimulus: Letakkan gelas yang berisi minuman untuknya di atas meja rendah. Dengan demikian anak mudah menjangkaunya saat haus. Contohkan bagaimana cara menuang air dari teko atau dispenser, lalu minta anak mencobanya sendiri. Jangan lupa mengingatkan kalau air yang dituangkannya hampir memenuhi gelas, karena ia belum sepenuhnya paham.


Membuka Pintu
Beranjak di usia 2-2,5 tahun, anak sudah dapat membuka pintu dengan memutar pegangannya. Umumnya anak lebih senang dengan pegangan bertangkai, dan bukan yang berbentuk bulat. Ini bisa dimaklumi karena pegangan bertangkai lebih mudah diputar atau ditarik. Kemampuan membuka pintu ini didapat karena anak sudah menguasai gerakan motorik kasar dan halus ditambah kemampuannya menganalisa lingkungan.
Stimulus: Setiap kali anak akan keluar kamar atau keluar menuju ruangan lain, berikan contoh bagaimana memutar dan menarik gagang pintu hingga pintu bisa terbuka. Sangat baik bila orang tua juga menjelaskannya dengan kata-kata selain dengan gerakan langsung. Bila gagang pintu berbentuk bulatan, letakkan tangan anak di atasnya dan bantu memutar ke arah yang benar. Ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bila suatu ketika anak berada di kamar sendirian dan ingin keluar.


Bilang Kala Ingin Buang Air
Di usia 2-2,5 tahun, umumnya anak sudah bisa mengatakan ingin buang air kecil (BAK) atau besar (BAB). Hal ini didukung oleh kemampuannya berbahasa yang sudah semakin baik. Anak sudah bisa mengatakan beberapa kata, seperti, "mama pipis", "mama eek", "papa sakit perut", dan sebagainya. Kemampuan motoriknya pun sudah bisa membuatnya menganalisa keadaan ketika ada dorongan untuk BAK atau BAB.
Stimulus: Sebelumnya, orang tua perlu mencermati kebiasaan anak untuk BAK dan BAB. Salah satu caranya dengan memperhatikan tingkah lakunya. Seorang ibu biasanya lebih tahu kapan anaknya ingin BAK atau BAB. Tanyakan padanya apakah ia ingin BAK atau BAB. Doronglah anak untuk mengungkapkan keinginannya tersebut tanpa nada marah atau kesal. Ketika anak menunjukkan gejalanya, ajaklah ia ke kamar mandi. Jangan lupa untuk memberi penjelasan padanya, bahwa BAK dan BAB hanya dilakukan di kamar mandi meskipun anak mungkin belum bisa melakukannya sendiri.


Buka Risleting Sendiri
Di usia 3 tahun, anak diharapkan sudah mampu membuka risleting sendiri, baik risleting tas atau pakaian. Di usia ini kemampuan motorik halusnya sudah semakin berkembang. Meski begitu, orang tua harus hati-hati mengajarinya supaya jarinya jangan sampai terjepit, karena selain sakit, terjepit risleting bisa meninggalkan trauma.
Stimulus: Perlihatkan pada anak bagaimana cara membuka dan menutup risleting dengan benar. Secara perlahan anak akan memahami kemudian menirunya. Namun bila anak masih ragu-ragu menarik risleting celananya, tunggulah sampai benar-benar yakin kalau anak mampu melakukannya. Saat melatihnya, jangan lupa memastikan anak memakai celana dalam, terutama bagi anak laki-laki, agar penisnya tidak sampai terjepit.


Taken from: www.tabloid-nakita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar