Kamis, 12 Februari 2009

Kompromi

Rasanya tidak salah jika saya katakana hidup itu penuh dengan kompromi. Setiap orang punya kepentingan dan preferensi masing-masing. Ketika preferensi tersebut bersinggungan dengan kehendak dan kepentingan orang lain, maka dilakukanlah kompromi agar hidup tetap harmonis.

Gambaran tersebut cukup sesuai bagi orang tua saya. Sudah sejak lama ibu saya ingin mengganti tempat tidur dari kasur isi kapuk diganti dengan springbed. Alasan ibu saya, untuk kenyamanan. Bapak saya tidak bersedia dengan alasan beliau malah merasa tidak nyaman tidur di atas springbed, panas katanya. Ibu saya mengalah. Karena permasalahannya adalah tempat tidur, maka harus ada yang mengalah kan?

Namun ada suatu momentum yang memaksa bapak dan ibu untuk kompromi lagi, dan kali ini bapak yang bersedia mengalah. Ibu saya mengalami sakit di pinggang dan punggung belakang. Untuk alasan kesehatan ibu itulah, ibu ingin membeli springbed khusus untuk penderita sakit tulang belakang (keras bo’). Hari ini springbed itu datang sebagai saksi bahwa hidup itu penuh dengan tenggang rasa dan kompromi (asal alasannya kuat ya, Pak?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar